REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Festival Majelis Taklim sebagai ruang penting untuk memperkuat literasi keagamaan, harmoni sosial, dan kesadaran ekoteologi di lingkungan majelis taklim seluruh Indonesia.
"Majelis taklim hari ini bukan hanya tempat mengaji, tetapi ruang menemukan ketenangan, solidaritas, dan nilai agama yang meneduhkan," ujar Pelaksana tugas (Plt) Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Ahmad Zayadi di Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Zayadi mengatakan, festival digelar melalui enam kategori lomba, yaitu Tilawah Quran dan Sari Tilawah, Dakwah Kebangsaan, Kasidah Rebana, Video Profil Majelis Taklim, serta Karya Tulis Fiksi dan non-Fiksi.
Menurut dia, festival ini menunjukkan, majelis taklim adalah learning organization yang senantiasa beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai dasar keagamaan.
Dia menjelaskan, penyelenggaraan festival tahun ini dirancang untuk mengakomodasi berbagai ekspresi syiar keagamaan dalam format yang kreatif dan relevan. "Kita ingin memberi ruang bagi narasi keagamaan yang moderat, berkeadaban, dan selaras dengan kebutuhan masyarakat hari ini,"kata dia.
Ia juga menekankan pentingnya penguatan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan komunitas majelis taklim melalui pembinaan yang berkelanjutan. Sinergi tersebut, kata Zayadi, telah terbangun melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah, aparat keamanan, dan jejaring masyarakat sampai tingkat akar rumput."Kerja bersama ini sangat dibutuhkan agar pembinaan majelis taklim semakin efektif dan terasa manfaatnya,"kata dia.
Selain itu, Zayadi membahas urgensi pengarusutamaan ekoteologi sebagai bagian dari dakwah majelis taklim masa kini. Dalam pandangannya, relasi manusia dan alam harus dibangun bukan dengan pola yang eksploitatif, melainkan dengan kesadaran tanggung jawab spiritual dan ekologis.
“Ekoteologi adalah wacana penting agar majelis taklim ikut merawat bumi, menjadikan perhatian terhadap lingkungan sebagai bagian dari ibadah,”kata dia.




