REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mengingatkan calon jamaah haji (calhaj) untuk jujur menyampaikan riwayat penyakit yang diderita selama proses pemeriksaan kesehatan.
Kepala Dinkes Kota Mataram dr Emirald Isfihan di Mataram, Senin (24/11/2025), mengatakan, kejujuran mereka membuat petugas puskesmas lebih mudah melakukan pemetaan calon haji dengan risiko tinggi dan mendeteksi dini penyakit-penyakit berbahaya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Ketika ada penyakit berbahaya tapi bisa disembuhkan, petugas kami bisa melakukan pendampingan dan bimbingan agar begitu tiba jadwal keberangkatan, jamaah sudah sehat fisik dan mental," katanya.
Pernyataan tersebut disampaikan Emirald menyikapi semakin ketatnya pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji ketika akan masuk Tanah Suci. Dia pun mengaku mendapat informasi jika pihak pemerintah Arab Saudi akan melakukan pemeriksaan secara acak alias random terhadap jamaah.
Ketika ditemukan calon haji mengidap penyakit berbahaya, seperti diabetes atau jantung kronis, akan langsung dikembalikan ke Tanah Air. Dia berharap, calon jamaah haji jujur pada tahap pemeriksaan awal sebab tujuan berhaji terkait dengan kesanggupan seseorang untuk beribadah, baik dari sisi kesehatan ekonomi, fisik, maupun mental. Menurut dia, hal tersebut akan menentukan calon haji layak mendapatkan surat keterangan istitaah dengan catatan mampu mandiri atau mampu dengan pendampingan.
Ia menjelaskan, status mampu dengan pendampingan bahwa calon haji diberikan surat keterangan istitahaah namun harus dengan pendampingan, seperti pendampingan dengan obat-obatan, alat medis (kursi roda), atau pendampingan khusus oleh petugas dan dari pihak keluarga.
”Karena itulah, penerbitan surat keterangan istithaah sangat selektif agar jamaah yang mendapatkan istitaah benar-benar mampu melaksanakan ibadah di Tanah Suci,"kata dia.




