Selasa 18 Nov 2025 11:08 WIB

Oxford Union: Israel Jadi Ancaman yang Lebih Besar Bagi Timur Tengah Ketimbang Iran

Israel adalah satu-satunya negara nuklir di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir

Tentara Israel mengerjakan tank mereka di area persiapan di perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, Rabu, 13 Agustus 2025.
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Tentara Israel mengerjakan tank mereka di area persiapan di perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, Rabu, 13 Agustus 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Salah satu komunitas debat ternama di dunia, Oxford Union, dengan suara mayoritas, telah mendukung mosi yang menyatakan Israel sebagai ancaman lebih besar bagi stabilitas regional ketimbang Iran.

Debat yang berlangsung pada Kamis pekan lalu membedah ancaman yang berasal dari kedua negara dan topik-topik utama seputar eskalasi terkini dalam konflik Israel-Palestina serta program nuklir Iran, menurut laporan The Oxford Student, surat kabar mahasiswa universitas tersebut, seperti dikutip dari Palestine Chronicle, Senin (17/11/2025).

Baca Juga

Beberapa pembicara antara lain Alex Webster dari Lincoln College, Jessica Rowe, mantan Perdana Menteri Palestina dan pakar politik Timur Tengah Mohammad Shtayyeh, dan mantan Menteri Kebudayaan Iran sekaligus politisi reformis Ata'ollah Mohajerani.

Para pembicara dari pihak oposisi yakni Katie Pannick, mahasiswa Sejarah St. John, William Rome, mahasiswa Magister Sejarah St. Hugh, pengacara hak asasi manusia internasional dan direktur eksekutif UN Watch, Hillel Neuer, dan Dominick Chilcott, mantan duta besar Inggris untuk Turki dan Iran.

photo
Suasana kota Oxford Inggris. Beberapa hari terakhir, kota ini dihebohkan dengan aksi islamfobia berupa peletakan kepala babi dan bendera Israel di sebuah masjid. - (tangkapan layar.)

Israel penyebab terbesar destabilisasi

Dalam forum tersebut, mantan Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh berpendapat tindakan Israel merupakan sumber utama ketidakstabilan di Timur Tengah. Shtayyeh menyebutnya sebagai "negara kolonial ekspansionis yang didirikan oleh kekuatan kolonial," lapor kantor berita Anadolu.

Ia kemudian menyebut Israel sebagai negara paria yang "bertindak di atas hukum." Dia pun menuduh Israel melanggar Resolusi PBB dan menegakkan rezim kolonial berdasarkan apartheid terhadap rakyat Palestina.

"Pendudukan brutal, kejahatan, dan genosida, ... Israel menyeret kawasan itu ke dalam konflik yang berulang," katanya, seraya menambahkan bahwa beberapa anggota parlemen Israel percaya bahwa perbatasan negara itu harus membentang "dari Sungai Nil hingga Sungai Efrat." "Kita semua harus mengatakan bahwa Israel adalah penyebab terbesar destabilisasi di kawasan ini,"tegas dia.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement