REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah peradaban Islam, ada di antara para sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi pemimpin umat. Mereka menjalankan pemerintahan dengan mengikuti teladan Rasulullah SAW.
Di antaranya adalah Umar bin Khattab. Sahabat yang berjulukan al-Faruq ini menjadi amirul mukminin pasca-wafatnya Abu Bakar ash-Shiddiq, sang khalifah pertama.
Umar dikenang sebagai sosok pemimpin yang menerapkan ketegasan tanpa tebang pilih. Sekalipun terhadap saudara seiman, kalau terbukti bersalah, maka tetap dihukum sesuai ketentuan syariat.
Ada banyak kisah yang menunjukkan kecenderungan Umar pada keadilan.
Misalnya, pernah terjadi suatu kasus yang melibatkan anak pejabat di Mesir, yaitu Muhammad. Pemuda ini adalah putra 'Amr bin al-'Ash, gubernur Mesir saat itu.
Suatu ketika, lomba pacuan kuda berlangsung di Fustat, Mesir. Di antara pesertanya adalah Muhammad bin 'Amr bin al-'Ash.
Di babak akhir, tersisa dua orang, yakni si anak gubernur dan seorang warga Mesir yang memeluk agama Kristen Koptik. Perlombaan berlangsung sengit.
Pada akhirnya, pemuda Koptik itu berhasil memacu kuda hingga mengungguli lawannya. Sesudah pertandingan, tiba-tiba putra gubernur memukul punggung pemuda itu dengan cemeti.
“Khuz ha! Wa ana ibnu 'l-akramin!” (Rasakan! Saya adalah anak orang berpangkat!) kata Muhammad bin 'Amr.
Pemuda itu tidak ridha atas kejadian ini. Ia lantas mengadu kepada Khalifah Umar bin Khathab di Madinah.
Sesampainya di Madinah, ia segera menemui sang amirul mukminin. Begitu mendengar pengaduan itu, al-Faruq segera memanggil sang gubernur Mesir dan anaknya.
View this post on Instagram




