REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Ahmad Rifai
Bulan Muharram mengingatkan kita dengan satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Yaitu, peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Secara pribadi, Rasulullah SAW dan para sahabatnya sangat berat meninggalkan kampung halamannya. Tapi, demi terwujudnya perubahan yang dicita-citakan, Rasulullah SAW menempuh langkah ini.
Sekarang, perintah hijrah dari Makkah ke Madinah memang sudah tidak berlaku lagi. Tapi, perintah hijrah dalam dimensi lain masih berlaku dan akan terus berlaku hingga hari kiamat.
Rasulullah SAW bersabda: ''Tidak ada hijrah setelah fathu Makkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat.'' (HR Bukhari dan Muslim)Secara bahasa, hijrah berarti meninggalkan. Adapun secara istilah, maknanya sangat beragam. Makna yang paling umum, menurut Imam Nawawi, adalah meninggalkan larangan-larangan Allah. Hijrah dalam pengertian inilah yang berlaku hingga hari kiamat.
Berhijrah di jalan Allah (dalam semua dimensinya) mengandung keutamaan yang sangat agung. Allah berfirman: ''Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan, adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (Annisaa': 100)
Ibnu Katsir berkata ketika mengomentari ayat ini: ''Ayat ini mengandung sugesti (motivasi) agar berhijrah dan meninggalkan orang-orang musyrik.''
Ayat ini juga menjelaskan keutamaan berhijrah. Orang yang berhijrah karena Allah, akan mendapatkan garansi dan jaminan hidup dari Allah, di dunia dan di akhirat. Di dunia, ia akan dikaruniai keluasan rezeki. Sedangkan di akhirat, ia akan meraih pahala yang melimpah.
Untuk menjalankan hijrah memang tidak mudah. Dalam diri seorang muhajir (orang yang berhijrah) harus tertanam niat yang tulus, jihad, dan kesungguhan. Kenapa? Karena dalam perjalanan hijrah itu, kita pasti akan menghadapi beragam tantangan dan cobaan.
Tanpa niat yang tulus, semangat jihad, serta kesungguhan yang terus bergelora mustahil tantangan-tantangan itu bisa ditaklukkan.