Senin 15 Sep 2025 14:21 WIB

Kisah Unta Galak Tunduk pada Rasulullah SAW

Tubuh unta menghalangi dan mengganggu orang-orang Anshar bekerja.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Makkah ke Madinah (ilustrasi).
Foto: google.com
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Makkah ke Madinah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dikisahkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu anha, suatu ketika orang-orang Anshar memiliki seekor unta yang telah tua, unta itu menyulitkan mereka. Tubuh unta menghalangi dan mengganggu orang-orang Anshar bekerja.

Maka orang-orang Anshar datang menghadap Rasulullah SAW, kemudian berkata, "Kami memiliki unta yang telah tua, ia menyulitkan kami dan tubuhnya menghadang kami. Sementara tumbuh-tumbuhan dan pohon kurma kekurangan air."

Baca Juga

Nabi Muhammad SAW berkata kepada para sahabatnya, "Berdirilah." Para sahabat Nabi pun berdiri.

Kemudian Rasulullah SAW memasuki kebun, unta itu berada pada posisinya yang menghalangi orang-orang Anshar bekerja. Rasulullah SAW berjalan ke arah unta itu. 

Orang-orang Anshar segera berkata, "Wahai Rasulullah, unta ini sudah seperti anjing galak. Kami mengkhawatirkan ia menyerangmu."

Rasulullah SAW menjawab, "Tidak mengapa." 

Ketika unta itu melihat Rasulullah SAW, unta itu menghadap ke arah Rasulullah SAW, unta itu bersimpuh sujud di depan Rasulullah SAW. 

Kemudian Rasulullah SAW mengusap ubun-ubun unta itu, sehingga unta tersebut tunduk hingga Rasulullah SAW memasukkannya ke tempat bekerja.

Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, hewan ini (unta) tidak berakal, akan tetapi bersujud kepadamu. Sedangkan kami berakal. Kami lebih pantas untuk bersujud kepadamu." 

Rasulullah menjawab, "Tidak layak manusia bersujud kepada manusia. Seandainya manusia layak bersujud kepada manusia, pastilah aku memerintahkan perempuan bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami terhadap istri. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya dari kaki hingga kepala suami itu ada kudis yang mengeluarkan nanah, kemudian istrinya mencium dan menjilatnya, sungguh ia belum menunaikan haknya." (Hadis Sahih Ahmad)

Kisah tersebut dikutip dari buku Sa'atan Sa'atan yang ditulis Syekh Mahmud Al-Mishri diterjemahkan Ustaz Abdul Somad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement