Ahad 10 Jan 2016 16:19 WIB

Bambang Mulyadi dari Takut ke Masjid Hingga Ajak Tukang Main Kartu Mengaji

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi).
Foto: Prayogi/Republika
Shalat Jumat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selang waktu berganti, lahirlah anak pertama mereka. Kira-kira, berumur lima sampai enam tahun, anak itu mulai sering ikut shalat Jumat. Si anak sering merengek mengajak ayahnya. Rengekan sang anak meluluhkan batin lelaki itu.

Namun, ia merasa belum mendapatkan ketetapan hati untuk ke masjid. "Saya bilang, `Salam sama Nabi Muhammad ya, Dik. Papa belum siap ke masjid," lanjutnya. Peristiwa tersebut berulang.

Kadang-kadang, si anak mengajak ayahnya ke masjid sampai menangis. Karena terus- menerus, dia pun ikut ke masjid. Tapi, Bambang masih belum berani menginjakkan kaki masuk masjid.

Saat anaknya masuk ke dalam, ia hanya duduk menunggu di teras masjid. Satu dua orang pun bertanya dan menyuruh dia masuk.  Kepada mereka, dengan terus terang ia mengaku masih takut.

Setelah anaknya besar, keluarga itu pindah ke perumahan Wirokerten, Bantul. Di lingkungan yang baru itu, keislaman Bambang mulai mendapat jalan. Kebetulan, warga perumahan di sana mayoritas Muslim. Setiap ada warga baru, kata Bambang, para tetangga akan datang berkunjung.

Mereka bertanya, "Ikut ngaji nggak, Pak?"

"Waktu itu kan istri saya orang Madura. Saya bergaya seolah-olah orang Muslim taat. `Siap, mari ngaji di tempat saya," kata Bambang. Benar saja, pada hari yang telah ditentukan, datanglah satu kelompok pengajian sekitar 25 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement