Rabu 17 Apr 2024 05:41 WIB

Kisah Penyembah Api yang Mencari Hidayah dan Masuk Islam

Orang ini mencari Islam hingga ke Tanah Arab.

Rep: Mgrol150/ Red: Muhammad Hafil
 Kisah Penyembah Api yang Mencari Hidayah dan Masuk Islam. Foto:  Masjid (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Kisah Penyembah Api yang Mencari Hidayah dan Masuk Islam. Foto: Masjid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nabi Muhammad SAW memiliki banyak sahabat sepanjang hidupnya salah satunya adalah Salman Al Farisi yang bersala dari Persia (sekarang menjadi Iran). Terdapat kisah kedekatan Nabi Muhammad SAW dengan Salman Al Farisi dalam mencari kebenaran hingga akhirnya ia menemukan agama Islam. 

Menurut buku karya Idrus Majusi yang berjudul Tafsir Surat Al Faatihah dijelaskan bahwa sebelum menganut agama Islam, Salman menyembah api atau seorang majusi di tempat kelahirannya di Desa Jayyun, Kota Isfahan, Persia. Pada saat itu, Salman merupakan kalangan berstatus sosial tinggi karena ia bertugas menjaga api untuk disembah oleh orang – orang majusi lainnya.

Baca Juga

Seiring berjalannya waktu ia merasa tidak nyaman dengan agama yang dianutnya. Suatu hari, ia merasa tertarik dengan cara orang – orang Kristen beribadah di sebuah gereja dan mencari tahu asal usul agama Kristen. Kemudian ia bertanya darimana asal agama ini dan dijawab oleh mereka yang ada di gereja bahwa agama tersebut berasal dari Syria dan akhirnya mengabdikan dirinya pada agama Kristen tersebut.

Kemudian, ia diberitahu oleh pendeta gereja tersebut sebelum meninggal bahwa akan ada seorang Nabi di tanah Arab yang memiliki tingkat kejujuran yang tinggi dan memiliki sifat yang mulia dibandingkan dengan manusia lainnya. 

Salman Al Farisi berangkat menuju tanah Arab untuk bertemu dengan Nabi Muhammad SAW untuk melihatnya dengan mata kepala sendiri. Setelah ia bertemu dengan Nabi Muhamamd SAW, ia memberikan kurma kepada-Nya pengikutnya sebagai sedekah. Tetapi yang terjadi adalah Nabi Muhammad SAW hanya memberikan kurma tersebut kepada para pengikutnya dan tidak menyentuh kurma tersebut sama sekali.

Hal itulah yang membuat Salman Al Farisi memeluk agama Islam akibat melihat sifat Nabi Muhammad SAW yang begitu mulia. Setelah itu, Salman menjadi orang yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW sehingga turunlah surat Al Jumuah ayat 3 yang berbunyi,

وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُۙ

Arab Latin : Wa ākharīna minhum lammā yalḥaqū bihim, wa huwal-‘azīzul-ḥakīm(u).

Artinya : “(Allah juga mengutus Nabi Muhammad) kepada (kaum) selain mereka yang belum (datang) menyusul mereka. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Menurut tafsir tahlili Kemenag ayat ini menjelaskan kerasulan Muhammad SAW tidaklah terbatas kepada bangsa Arab yang ada pada waktu itu, tetapi juga kepada orang-orang yang belum bergabung kepada mereka sampai hari Kiamat, yaitu orang-orang yang datang sesudah para sahabat Nabi saw, sampai hari Pembalasan, seperti bangsa Persia, Romawi dan lain-lain.

 Di dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari Abū Hurairah, ia berkata:

 عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ كُنَّا جُلُوْسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَأُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سُوْرَةُ الْجُمُعَةِ ﴿وَاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْ﴾ قَالَ قُلْتُ مَنْ هُمْ يَارَسُوْلَ اللّٰهِ؟ فَلَمْ يُرَاجِعْهُ حَتَّى سَأَلَ ثَلَاثًا وَفِيْنَاسَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ وَضَعَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى سَلْمَانَ ثُمَّ َقَالَ: لَوْ كَانَ اْلاِيْمَانُ بِالثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ أَوْ رَجُلٌ مِنْ هٰؤُلَاءِ. (رواه البخاري) 

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ketika kami duduk bersama Nabi Muhammad SAW, lalu diturunkan kepadanya Surah al-Jumu‘ah “wa ākharīna minhum lammā yalhaqū bihim.” Abu Hurairah bertanya, “Siapa mereka wahai Rasulullah? Namun Nabi saw tidak menjawab sampai ia bertanya tiga kali. Ab Hurairah berkata, “Pada saat itu ada Salman Al Farisi  bersama kami. Kemudian Nabi meletakkan tangannya di pundak Salman, seraya berkata, ‘Seandainya keimanan terdapat pada bintang-bintang, maka tentulah akan dicapai oleh orang-orang dari mereka (bangsa Persia).” 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement