REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Media Israel dan Barat membahas dampak dari agresi yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan perang dengan Iran.
Media-media menyoroti apa yang mereka gambarkan sebagai kegagalan strategis yang mencerminkan ketidakmampuan Tel Aviv untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik di Jalur Gaza maupun di dalam negeri, terlepas dari narasi resmi yang berbicara tentang "keberhasilan" militer dan politik.
Dalam sebuah artikel di Haaretz, perang di Gaza digambarkan sebagai tidak dapat dibenarkan, mengingat keteguhan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan serangkaian video yang menunjukkan banyaknya korban jiwa yang ditimbulkan oleh tentara Israel.
Surat kabar tersebut mencatat bahwa perasaan frustrasi semakin meningkat di kalangan tentara, meskipun ada upaya untuk meminimalkan fakta-fakta ini.
Menurut artikel tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras untuk melanjutkan operasinya di Gaza, meskipun tidak ada pencapaian yang jelas.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kalangan politik dan militer mengenai kelayakan untuk melanjutkan kampanye tersebut, sementara Tel Aviv sedang bertarung dalam pertempuran yang kalah dalam propaganda dan kemanusiaan.
Maariv berfokus pada dampak domestik dari serangan Iran terhadap Israel, mencatat bahwa ribuan orang yang terkena dampak pengeboman percaya bahwa pemerintah gagal melindungi mereka.
“Pertaruhan” Netanyahu terhadap program nuklir Iran tidak membebaskannya dari tanggung jawab atas kerusakan properti yang luas dan kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh eskalasi tersebut.