Senin 26 Aug 2024 15:28 WIB

Asal Usul Islam di Nusantara Menurut Para Peneliti Belanda

Sejarawan asal Belanda menyebut Islam di Nusantara datang dari India.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Sejarawan asal Belanda menyebut Islam di Nusantara datang dari India. Foto:  Makam Fatimah binti Maimun (wafat 1028 M) di Leran, Gresik, Provinsi  Jawa Timur.
Foto:

Runtuhnya Teori yang Menentang Peneliti Belanda

Kesimpulan-kesimpulan Moquette ini ditentang keras oleh SQ Fatimi yang berargumen bahwa keliru mengaitkan seluruh batu nisan di Pasai, termasuk batu nisan Malik Al-Shalih (di Pasai) dengan batu nisan di Gujarat. 

Menurut penelitian Fatimi, bentuk dan gaya batu nisan Malik Al-Shalih berbeda sepenuhnya dengan batu nisan yang terdapat di Gujarat dan batu-batu nisan lain yang ditemukan di Nusantara. Fatimi berpendapat, bentuk dan gaya batu nisan ini justru mirip dengan batu nisan yang terdapat di Bengal (wilayah Bangladesh dan sekitarnya). 

Menurut Fatimi seluruh batu nisan itu pastilah didatangkan dari daerah Bengal. Ini menjadi alasan utama Fatimi untuk menyimpulkan bahwa asal Islam yang datang ke Nusantara dari wilayah Bengal. Dalam kaitannya dengan teori batu nisan ini, Fatimi mengritik para ahli yang kelihatannya mengabaikan batu nisan Siti Fatimah (bertahun 475 H atau 1082 M) yang ditemukan di Leran, Jawa Timur.

Teori bahwa Islam di Nusantara berasal dari Bengal tentu saja bisa dipersoalkan lebih lanjut. Misalnya, berkenaan dengan adanya perbedaan mazhab yang dianut kaum Muslim Nusantara yakni Syafi’i dan mazhab yang dipegang kaum Muslim Bengal yakni Hanafi. 

Tetapi, terlepas dari masalah ini, teori Fatimi yang dikemukakannya dengan begitu bersemangat gagal meruntuhkan teori Moquette, karena sejumlah sarjana lain telah mengambil-alih kesimpulannya, dan yang paling terkenal di antara mereka ini adalah Kern, Winstedt, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrike, dan Hall. Sebagian mereka memberikan argumen tambahan untuk mendukung kesimpulan Moquette. 

Wintedt misalnya, mengemukakan tentang penemuan batu nisan yang mirip bentuk dan gayanya di Bruas, pusat sebuah kerajaan kuno Melayu di Perak, Semenanjung Malaya. 

Wintedt berhujah, karena seluruh batu nisan di Bruas, Pasai, dan Gresik didatangkan dari Gujarat, maka Islam juga pastilah diimpor dari sana. Ia juga mencatat, Sejarah Melayu mengandung beberapa bukti yang membenarkan hal ini. Antara lain disebutkan kebiasaan di beberapa wilayah di Nusantara mengimpor batu nisan dari Gujarat. 

Schrike juga menyokong teori ini dengan menekankan signifikansi peran penting yang dimainkan para pedagang Muslim Gujarat dalam perdagangan di Nusantara dan kemungkinan andil besar mereka dalam penyebaran Islam.

Kelemahan Teori Gujarat Para Peneliti Belanda

 

Teori tentang Gujarat sebagai tempat asal Islam di Nusantara terbukti mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Ini dibuktikan misalnya oleh Marrison. 

Marrison berargumen, meski batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau berasal dari Bengal seperti dikemukakan Fatimi. Tapi itu tidak lantas berarti Islam juga didatangkan dari sana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement