REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW menerima hadiah dari seorang sahabat beliau, Abu Jahm bin Abu Hudzaifah. Pemberian itu merupakan pakaian khamishah, yakni sejenis kain atau mantel yang sangat halus serta berhiaskan renda-renda atau manik-manik. Singkatnya, benda itu sangat indah dan sedap dipandang mata.
Setelah menerima hadiah tersebut, beliau dan kaum Muslimin mendengar suara azan. Maka berangkatlah Rasul SAW ke masjid untuk memimpin shalat. Ibadah berjamaah itu tampaknya berjalan normal, seperti biasa. Namun, keadaannya berbeda bagi sang imam.
Usai shalat, Nabi SAW langsung memasuki kamarnya dan mengambil khamishah tersebut. Kemudian, beliau memberikan benda bagus itu kepada para sahabatnya sembari berpesan, “Pergilah kalian kepada Abu Jahm dengan membawa pakaian ini. Sebab, baru saja khamishah ini mengganggu shalatku.”
Sejumlah orang lantas diutus beliau untuk menemui Abu Jahm. Kepada sang pemberi hadiah, beliau meminta agar khamishah tadi ditukar dengan anbijaniyyah. Jenis pakaian itu agak serupa dengan khamishah, tetapi tanpa renda dan manik-manik.
Kisah lainnya terjadi ketika Rasulullah SAW juga menerima hadiah dari seseorang. Pemberian itu adalah sandal yang berkualitas baik sekali. Sesudah shalat, Nabi SAW memerintahkan sahabatnya untuk mengembalikan sepasang alas kaki itu. Alalsannya, beliau sempat melirik benda tersebut saat melepaskannya sebelum memasuki masjid. Dan, ketika shalat, pikirannya sempat terganggu oleh ingatan tentang sandal itu.
Dalam kesempatan berbeda, Nabi SAW pernah mengenakan sandal yang bagus. Beliau sempat terkagum dengan benda itu, tetapi kemudian bersujud kepada Allah seraya menggumamkan doa. Kemudian, ia bersabda kepada para sahabat, “Aku tawaduk kepada Tuhanku agar Dia tidak murka kepadaku.” Segera setelah itu, sandal tersebut dihadiahkannya kepada orang pertama yang ditemuinya di jalan.
Tidak hanya setelan pakaian dan alas kaki. Sebuah cincin pun pernah “mengganggu” kekhusyukan Nabi SAW. Maka sesudah shalat, beliau naik ke atas mimbar untuk berceramah. Begitu menyadari cincin yang indah itu ada di jemarinya, beliau seketika melepas dan membuang benda tersebut. “Cincin ini telah menggangguku,” sabdanya, “ia mengganggu pandanganku dan juga pandangan kalian.”