Oleh: Nasir Tajang*)
Arti harfiah tawaf adalah 'berkeliling.' Secara syariat Islam, tawaf merupakan ibadah mengelilingi Ka'bah yang terletak di Masjidil Haram, Makkah al-Mukarramah, sebanyak tujuh kali putaran dengan niat karena Allah SWT.
Perintah tawaf termaktub jelas dalam Alquran surah al-Hajj ayat ke-29. Artinya, "Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah)."
Seorang ulama Mesir, Syekh Ali Muhammad al-Muthawwi, menyampaikan bahwa tingkat spiritual di sekitar Ka'bah bukan hanya lantaran manusia yang bertawaf, melainkan juga keikutsertaan bangsa malaikat dan jin. Al-Muthawwi menambahkan, dorongan spiritual akan semakin meningkat apabila yang tawaf semakin banyak dilakukan dan posisi orang yang mengamalkannya semakin dekat dengan Ka'bah.
Tawaf merupakah ibadah formal pertama yang dilakukan hamba kepada Allah SWT. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa para malaikat pun beribadah tawaf di Baitul Ma'mur, seperti tawaf yang dilakukan manusia di Ka'bah sampai hati kiamat. Kalau memperhatian sistem tata surya kita, bumi dan bulan pun 'bertawaf', yakni mengelilingi matahari. Bahkan, matahari juga 'bertawaf', mengelilingi pusat galaksi.
Manusia yang melakukan tawaf tak ubahnya seperti tata surya yang berputar, tidak boleh keluar dari orbitnya. Kalau bergeser sedikit saja dari orbitnya, ia akan menimbulkan kekacauan dan petaka besar.
Begitu pula dengan manusia. Teruslah berada dalam garis yang telah ditentukan Allah, maka engkau akan selamat dan bahagia. Sebaliknya, jika keluar dari garis ketentuan-Nya, maka sama halnya telah menyiapkan "musibah" dan kekacauan dalam hidup.
Ketika melakukan tawaf, kita telah memasuki pusaran gelombang pergerakan manusia. Agar bisa menyelesaikan putaran, maka kita harus membuang semua egoisme. Jika keegoisan tidak dibuang, maka kita akan musnah dan ditabrak arus gelombang manusia. Kita akan menjadi "virus" yang akan merusak sistem perputaran dan keharmonisan manusia.
Ketika kekuatan dan kemampuan manusia disatukan dalam satu gerak untuk memperjuangkan kebenaran, maka tidak ada yang bisa membendung. Pada akhirnya, tidak ada ruang untuk kebatilan. Sama halnya bahwa tidak seorang pun mampu menahan pergerakan tawaf manusia.
Tatkala sudah berada di tengah gelombang besar pergerakan manusia, Anda bukan lagi sebagai individu, melainkan unit dalam sistem universal. Tatanan itu akan memperkuat gerakan besar memakmurkan bumi ini.
Lakukanlah tawaf hanya karena Allah SWT. Bukan untuk diri sendiri, melainkan umat manusia sampai akhir zaman. Ini adalah salah satu pesan utama Nabi Ibrahim AS.
Bukankah Nabi Ibrahim AS membangun Ka'bah untuk menjadi kiblat umat manusia? Dan, bukankah air Zam-zam yang kita minum sekarang merupakan buah perjuangan Siti Hajar sekitar 3.600 tahun yang lalu?
*) Nasir Tajang merupakan petugas haji daerah/pembimbing ibadah haji (PHD-PIH) Provinsi Jakarta tahun 1445 H/2024 M.