Sabtu 02 Mar 2024 08:36 WIB

Komentar Islamofobia Anggota Parlemen, PM Inggris Didesak Minta Maaf pada Wali Kota London

Retorika Islamofobia itu dinilai membahayakan Muslim Inggris.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Wali Kota London Sadiq Khan.
Foto: Anadolu Agency
Wali Kota London Sadiq Khan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak telah didesak oleh mantan penasihat pemerintah untuk meminta maaf kepada Wali Kota London Sadiq Khan. Desakan ini terkait oleh komentar yang dibuat oleh anggota parlemen Konservatif Lee Anderson kepada Sadiq Khan yang menyebutnya berada dibawah kendali kelompok Muslim.

“Pernyataan Lee Anderson menyinggung dan menjijikkan, dan Sunak tidak menunjukkan kepemimpinan yang dibutuhkan negara,” kata Colin Bloom kepada BBC, dilansir dari Arab News, Sabtu (2/3/2024).

Baca Juga

Anderson diskors minggu lalu karena menolak untuk meminta maaf kepada Sadiq Khan, setelah menyebutnya berada dibawah kendali kelompok Islamis. Anderson tetap pada pendapatnya bahwa ia dan kata-katanya tidak rasis maupun melakukan Islamofobia. Ia bahkan mengaku mendapatkan banyak dukungan dari rekan-rekannya melalui grup WhatsApp maupun pesan pribadi.

Colin Bloom adalah mantan direktur eksekutif Persekutuan Kristen Konservatif dan direktur Kristen dalam Politik. Ia diangkat menjadi penasihat pemerintah oleh mantan perdana menteri Boris Johnson pada 2019.

Bloom mengatakan kepada program "Newsnight" BBC bahwa sebagian besar Muslim Inggris adalah orang yang baik, sopan, murah hati, dan cinta damai. Retorika Anderson dan tanggapan pemerintah yang diredam terhadapnya membahayakan mereka.

Bloom mengatakan Sunak perlu meminta maaf kepada Khan dan jelas salah bagi Anderson untuk menyamakan wali kota Muslim dengan ekstremis agama. Khan secara terbuka meminta Sunak untuk mencela kata-kata Anderson sebagai Islamofobia, tetapi Sunak belum melakukannya.

Seorang juru bicara pemerintah mengatakan kepada "Newsnight" bahwa Sunak jelas harus mempunyai toleransi nol untuk segala bentuk ekstremisme, rasisme atau kebencian dalam politik Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement