Senin 04 Dec 2023 12:44 WIB

Peran Teknologi dalam Operasi Badai Al-Aqsha

Serangan Hamas sebagian besar mengandalkan senapan mesin.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Logo Hamas
Logo Hamas

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Teknologi menjadi hal mendasar dalam memenangkan perang. Hal ini dapat diamati sepanjang sejarah dan konflik-konflik yang terjadi saat ini dan yang sedang berkembang. Bagaimana dengan Operasi Badai Al-Aqsa (Operation Al-Aqsa Flood) yang dilakukan oleh Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023?

Melansir dari laman Gnet Research, di antara yang menyusup ke keamanan perbatasan Israel adalah buldoser dan paralayang. Sementara jip, pick-up, dan sepeda motorlah yang memungkinkan agen Hamas menyerbu kota-kota di Israel.

Baca Juga

Serangan Hamas sebagian besar mengandalkan senapan mesin yang mudah didapat, AK-47, dan granat tangan. Secara tradisional, Hamas terkenal dengan roket Qassam yang diproduksi sendiri. Saat ini kelompok tersebut mampu memproduksi roket yang dapat mencapai Tel Aviv dan sekitarnya. Ini disebut sebagai kemajuan besar dibandingkan dekade-dekade sebelumnya, menurut perkiraan Tentara penjajah Israel (IDF) pada 2021, persenjataan Hamas mencakup 30 ribu rudal. 

Untuk itu Hamas mampu meluncurkan lebih dari 2.000 roket yang mampu menantang sistem canggih Iron Dome dan menutupi serangan darat di Israel selatan. Sementara Hamas menyatakan telah meluncurkan 5.000 roket.

Di samping itu, roket disebut bukanlah satu-satunya sistem udara yang diandalkan Hamas pada 7 Oktober. Drone juga menargetkan sensor berteknologi tinggi dan menara komunikasi yang tersebar di seluruh pagar Israel, sehingga mengganggu komunikasi dan mengejutkan IDF.  

Fakta bahwa Hamas berhasil menargetkan dan melumpuhkan tank canggih Merkava 4 pada 7 Oktober merupakan indikator kemampuan teknis mereka yang semakin meningkat. Ketika Israel bersiap untuk melakukan invasi, ancaman Hamas yang mengerahkan drone buatan sendiri secara signifikan menghambat kemajuan militer Israel di Jalur Gaza.

Di sisi lain Hamas juga memiliki departemen sibernya sendiri yang melancarkan perang terhadap Israel selama setidaknya satu dekade. Ini mencakup penggunaan malware untuk spionase siber dan pengumpulan informasi.  

Pada akhirnya, Hamas diyakini berhasil meretas beberapa ponsel, kamera, dan file tentara IDF, yang diduga memperoleh rincian pangkalan militer dan kendaraan lapis baja di Israel selatan. Mengidentifikasi kemampuan siber Hamas sebagai ancaman besar, pada 2019, IDF mengebom markas siber organisasi tersebut menjadikannya salah satu operasi kinetik Israel pertama dalam menanggapi serangan siber. Meski demikian, keterampilan Hamas tetap kuat, dan perusahaan pertahanan siber Israel menggambarkan kemampuan Hamas dalam mencapai tingkat kecanggihan baru.  

Melansir laman Aljazirah, sebelumnya pada Sabtu (7/10/2023) sekitar pukul 06.30 banyak warga Israel yang terbangun karena sirene setelah roket ditembakkan dari Jalur Gaza.

Hamas mengatakan pihaknya meluncurkan 5.000 roket dalam serangan awal. Sementara militer Israel mengatakan 2.500 roket ditembakkan.

Munculnya kekuatan, kecanggihan, dan waktu serangan pagi hari tersebut tampaknya mengejutkan Israel, yang merupakan salah satu negara dengan sistem intelijen paling canggih di dunia. Pejuang Hamas menyeberang dari Jalur Gaza ke Israel selatan dengan sepeda motor, truk pick-up, para-glider dan speed boat dan menyerang 22 lokasi.

Komandan militer Hamas Muhammad Deif menyebut itu sebagai operasi Badai Al-Aqsha. Juru bicara Hamas Khaled Qadomi mengatakan operasi militer kelompok itu dilakukan sebagai tanggapan terhadap serentetan provokasi yang dilakukan oleh politisi dan pemukim Israel di Masjid Al-Aqsha Yerusalem, salah satu situs paling suci umat Islam, dan kekerasan dan diskriminasi selama beberapa dekade yang dialami warga Palestina di tangan Israel.

Sementara menanggapi serangan tersebut, Israel melancarkan apa yang disebutnya Operasi Pedang Besi (Operation Swords of Iron), dengan jet-jetnya membom Jalur Gaza. Serangan udara meningkat setelah malam tiba, meratakan bangunan tempat tinggal dalam ledakan besar, termasuk menara 14 lantai di pusat Kota Gaza.

Israel secara resmi menyatakan perang dan mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan pasokan listrik, makanan, bahan bakar dan komoditas penting lainnya ke Jalur Gaza. Hal ini merupakan sebuah keputusan yang menurut hukum internasional merupakan kejahatan perang.

 

 

 

 

 

 

 

https://gnet-research.org/2023/10/20/technology-and-its-pivotal-role-in-hamass-successful-attacks-on-israel/

 

 

 

https://www.aljazeera.com/news/2023/10/9/what-is-happening-in-israel-and-gaza-a-look-at-the-war-with-hamas

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement