REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seumur hidupnya, Nabi Muhammad SAW melakukan haji satu kali. Hal itu berdasarkan riwayat dari Jabir bin Abdullah, yang berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah tinggal di Madinah selama sembilan tahun, tetapi beliau belum berhaji. Kemudian, pada tahun ke-10, beliau mengumumkan bahwa beliau akan berhaji sehingga banyak orang datang ke Madinah, semuanya ingin ikut bersama Rasulullah SAW dan melakukan amal ibadah (haji) seperti beliau.”
Dalam sejarah Islam, momen itu dikenal pula sebagai Haji Perpisahan (Wada’). Nabi SAW melakukan rukun Islam kelima itu menjelang akhir hayatnya. Seakan-akan mengisyaratkan, kian dekatnya akhir tugas beliau dalam membimbing umat. Tak lama lagi, beliau akan kembali kepada-Nya.
Muhammad Husain Haekal dalam Hayat Muhammad menuturkan, Nabi SAW berangkat haji pada 25 Dzulqaidah tahun ke-10 Hijriah. Beliau membawa semua istrinya, masing-masing dalam haudahnya.
Kaum Muslimin yang mengikuti beliau begitu banyak. Sebagian penulis sejarah menyebutkan, jumlahnya tak kurang dari 90 ribu orang. Ada pula yang mengatakan, jumlahnya bahkan mencapai 114 ribu orang.
Sebelumnya, mereka telah datang dari berbagai penjuru Jazirah Arab ke Madinah sejak mengetahui benar Nabi SAW telah menetapkan akan pergi haji pada bulan itu. Mereka datang sebagai saudara seiman. Satu sama lain terpautkan rasa kasih sayang dan keikhlasan hati.
Nabi SAW dan Muslimin mikat di Zul-Hulaifah (Bir Ali). Di sana, mereka tinggal selama satu malam. Keesokan harinya, Nabi SAW mengenakan pakaian ihram. Orang-orang pun mengikutinya. Selanjutnya, beliau mengucapkan talbiah, diikuti umat di belakangnya. Begitu banyak manusia menyusuri jalanan antara Madinah dan Masjid al-Haram itu. Wajah mereka memancarkan cahaya iman dan kebahagiaan.
View this post on Instagram