Kamis 04 Feb 2016 10:52 WIB

Dituding Radikal, Nurul Bayan Undang BNPT Menginap di Pondok

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Achmad Syalaby
Sejumlah santri di sebuah pondok pesantren (ilustrasi)
Foto: Antara/Arief Priyono
Sejumlah santri di sebuah pondok pesantren (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM- Pondok Pesantren (ponpes) Nurul Bayan, Nusa Tenggara Barat (BNPT) membantah pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) yang menduga adanya keterlibatan ponpes dalam kegiatan radikalisme. Secara khusus, Nurul Bayan pun mengundang BNPT untuk singgah ke Ponpes Nurul Bayan agar membuktikan ada tidaknya radikalisme. 

“Itu salah alamat dan lucu. Saya juga heran dan kaget, datanya dari mana dan yang paling bagus itu kami mengundang BNPT datang ke pondok supaya mengetahui aktivitas pesantren atau bahkan bermalam selama 1 minggu,” ujar pimpinan pondok pesantren Nurul Bayan, KH Abdul Karim Abdul Ghofur kepada Republika.co.id, Kamis (4/2).

(Baca: BNPT Curigai 19 Pondok Pesantren Dukung Terorisme).

Ia menilai, BNPT salah melakukan pendataan. Sebab, ponpes Nurul Bayan merupakan lembaga pendidikan yang sering terlibat dalam pembinaan di masyarakat.  Hal itu pun sudah diketahui oleh Bupati Lombok Utara. 

Menurutnya, saat ini aktivitas belajar mengajar pondok pesantren dengan santri berjumlah 500 berjalan seperti biasa dan tidak muncul permasalahan apapun terkait radikalisme. Menanggapi BNPT, dia lebih memilih santai sebab pernyataan tersebut salah alamat dan tidak benar. 

Abdul Karim menambahkan alumni maupun guru-guru ponpes Nurul Bayan sama sekali tidak terlibat dalam kegiatan radikalisme. Termasuk hubungan dengan pemerintah daerah berjalan dengan baik. Karena itu,  pernyataan BNPT sangat mengagetkan dan mengherankan. 

Dia menuturkan, akan mengirimkan surat kepada pihak terkait untuk mengklarifikasi pernyataan BNPT. Bahkan, dirinya sekali lagi mengundang aparat kepolisian untuk bermalam di ponpes agar mengetahui suasana pesantren. 

Ia menuturkan, selama ini BNPT tidak pernah berkomunikasi dengan pihak ponpes terkait masalah tersebut. Bahkan, tidak ada sama sekali niat mereka untuk mengklarifikasi soal dugaan radikalisme tersebut. 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement