REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) RI meluncurkan buku Tafsir Ayat-Ayat Ekologi: Membangun Kesadaran Ekoteologis Berbasis Al-Qur’an. Peluncuran karya tersebut diresmikan oleh Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar di Gedung Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI), kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, baru-baru ini.
Menurut Menag, buku tersebut mengupas tafsir atas ayat-ayat Alquran yang membicarakan ihwal alam lingkungan. Buku yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) ini hadir untuk merespons krisis iklim global yang kian mengkhawatirkan. Selain itu, lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal ini, kitab tersebut berupaya membangun kesadaran spiritual dalam menjaga bumi.
"Alam adalah segala sesuatu selain Allah. Jika Alquran merupakan kumpulan ayat mikrokosmos, maka alam semesta ini adalah kumpulan ayat makrokosmos. Keduanya sama-sama ayat Allah,” ujar Menag dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (9/10/2025).
Ia menegaskan, alam diciptakan oleh Allah, Zat yang Maha Suci. Maka dari itu, alam pun memiliki kesucian.
Dalam ajaran Islam, setiap tindakan terhadap alam harus diawali dengan ucapan basmalah. “Menebang pohon, menyembelih hewan, atau mengolah bumi harus dilakukan atas nama Allah, bukan dengan keserakahan manusia,” ucap Menag.
Ia menjelaskan perbedaan makna basmalah dalam dua dimensi peran kemanusiaan. Ketika manusia sebagai khalifah, bismillah berarti atas nama Allah. Namun ketika manusia sebagai hamba Allah, ucapan itu berarti 'dengan nama Allah.'
“Dua posisi ini mengingatkan kita agar tidak sewenang-wenang terhadap alam,” katanya.
Menurutnya, krisis lingkungan tidak semata disebabkan oleh faktor teknologi atau ekonomi, tetapi berakar pada hilangnya arah spiritual. Karena itu, gagasan ekoteologi Islam mesti terus digaungkan. Menag menyatakan, konsep tersebut menjadi sebuah kontribusi besar Indonesia bagi dunia.
View this post on Instagram
“Obsesi kita tidak hanya menggarap Indonesia dengan ekoteologi, tetapi menjadikan dunia tunduk pada gagasan besar ekoteologi yang lahir dari Kementerian Agama,” ujarnya.
Nasaruddin mengibaratkan kehadiran Tafsir Ayat-Ayat Ekologi ini seperti "bayi kecil." Ia berharap, buku ini bisa tumbuh menjadi karya besar.
“Kita bersyukur telah lahir bayi kecil ini. Saya berharap tahun depan ia tumbuh menjadi empat jilid dan dilengkapi dengan data-data kuantitatif,” ucapnya.