REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran surat Al Hajj ayat 34 (kalimat terakhir) hingga ayat 35 menyinggung soal mukhbitin atau orang yang tunduk patuh kepada Allah. Allah berfirman:
وَبَشِّرِ الۡمُخۡبِتِيۡنَ ۙ
الَّذِيۡنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتۡ قُلُوۡبُهُمۡ وَالصّٰبِرِيۡنَ عَلٰى مَاۤ اَصَابَهُمۡ وَالۡمُقِيۡمِى الصَّلٰوةِ ۙ وَمِمَّا رَزَقۡنٰهُمۡ يُنۡفِقُوۡنَ
Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar, orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka, dan orang yang melaksanakan sholat dan orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka. (QS: Al Hajj l: 34-35).
Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandahlawi dalam kitan Fadhilah Sedekah mengatakan, arti Mukhbitin adalah orang yang merendahkan diri. Mengenai terjemahannya ada beberapa pendapat dari para ulama.
Adapun asal katanya adalah orang yang berjalan di atas tempat yang menurun. Sebagian ulama mengartikannya sebagai orang yang menundukkan diri di hadapan hukum-hukum Allah. Sebagian yang lain mengartikannya sebagai orang yang tawadhu.
Mujahid Rah.a menerjemahkannya sebagai orang yang tenang. Sementara Amr bin Aus RA berkata bahwa Mukhbitin adalah orang yang tidak berbuat dzalim kepada siapapun dan apabila ia didzalimi tidak membalas.
Disebutkan dari sahabat Abdullah bin Masud RA bahwa apabila ia melihat Rabin bin Khashim RA maka ia berkata, "Jika saya melihat engkau, maka saya ingat Mukthbitin.




