REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Asosiasi Nazhir Indonesia (ANI) Imam Nur Azis mengungkapkan, nazir bukan lagi sosok pasif yang hanya menjaga aset. Dia menegaskan, nazir adalah manajer sosial, inovator keuangan syariah bahkan pemimpin komunitas.
"Kita adalah manajer sosial, inovator keuangan syariah, dan pemimpin komunitas. Oleh karena itu, ANI harus menjadi rumah besar yang mendukung transformasi Nazhir menjadi profesional yang tangguh dan visioner,"ujar Imam dalam pidatonya saat Musyawarah Nasional (Munas) ANI di Jakarta, beberapa waktu lalu, lewat keterangan tertulis.
Imam menegaskan, ANI lahir dari semangat kolaborasi dan visi besar, yakni untuk menjadikan wakaf sebagai instrumen pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Menurut dia, keberadaan ANI untuk memperkuat kapasitas Nazhir, memperjuangkan regulasi yang berpihak, dan membangun ekosistem wakaf yang sehat dan produktif.
Di tengah dinamika zaman, ujar Imam, nazir dihadapkan pada tantangan digitalisasi, transparansi, dan akuntabilitas. "Di balik itu, terbuka peluang besar untuk menjadikan wakaf sebagai solusi atas berbagai persoalan sosial—dari pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi umat,"kata dia.
Lebih jauh, Imam pun mengangkat satu kata kunci dalam Munas ANI, yakni Nazhir BERDAYA. Sebuah akronim yang bukan sekadar slogan, tetapi visi besar untuk membangun ekosistem wakaf yang tangguh dan berdampak.
'Ber' berarti kita, para nazhir Indonesia, harus berjamaah, bersatu, bersinergi, dan berkolaborasi. "Tidak ada lagi ruang untuk berjalan sendiri-sendiri. Wakaf adalah amanah umat, dan kekuatannya terletak pada kebersamaan kita,"kata dia.
Sementara itu, 'Daya' mencerminkan kualitas yang harus dimiliki. Daya juang yang tak kenal lelah, daya cipta untuk melahirkan inovasi, daya kreasi dalam mengelola aset wakaf secara produktif, dan daya kelola yang profesional serta akuntabel. Menurut dia, semua itu harus bermuara pada satu hal: dampak nyata bagi masyarakat.
"Nazhir Berdaya bukan hanya tentang kita yang kuat, tapi tentang kita yang mampu memperkuat. Bukan hanya tentang mengelola aset, tapi tentang menggerakkan perubahan,"kata dia.