Senin 23 Jun 2025 12:39 WIB

IBF 2025 Jadi Cerminan Masih Tingginya Minat Baca di Kalangan Santri

Di setiap hari penyelenggaraan IBF 2025, rombongan santri selalu memadati lokasi pame

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Pengunjung melihat buku dalam acara Islamic Book Fair (IBF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Senayan, Jakarta, Kamis (19/6/2025). Pameran buku Islam terbesar di Indonesia ini berlangsung selama lima hari hingga 22 Juni 2025, yang menghadirkan 222 penerbit, 42 perusahaan multiproduk, serta 14 pondok pesantren. Tak hanya dari dalam negeri, peserta juga berasal dari luar negeri seperti Arab Saudi, Mesir, Kuwait, dan Malaysia. Mengusung tema Berhijrah Melalui Literasi Islami untuk Pribadi yang Berkualitas, IBF 2025 diharapkan menjadi ruang literasi Islami yang inspiratif serta wadah pertemuan antara penulis, penerbit, dan masyarakat.
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung melihat buku dalam acara Islamic Book Fair (IBF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Senayan, Jakarta, Kamis (19/6/2025). Pameran buku Islam terbesar di Indonesia ini berlangsung selama lima hari hingga 22 Juni 2025, yang menghadirkan 222 penerbit, 42 perusahaan multiproduk, serta 14 pondok pesantren. Tak hanya dari dalam negeri, peserta juga berasal dari luar negeri seperti Arab Saudi, Mesir, Kuwait, dan Malaysia. Mengusung tema Berhijrah Melalui Literasi Islami untuk Pribadi yang Berkualitas, IBF 2025 diharapkan menjadi ruang literasi Islami yang inspiratif serta wadah pertemuan antara penulis, penerbit, dan masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islamic Book Fair (IBF) 2025 yang digelar pada 18–22 Juni 2025 di Jakarta Convention Center (JCC) telah berakhir. Selama lima hari pelaksanaannya, ajang rutin tahunan itu mencatatkan lebih dari 200 ribu orang pengunjung.

Ketua Panitia IBF 2025 Husni Kamil mengatakan, besarnya antusiasme para pengunjung IBF 2025 juga menandakan masih kuatnya tradisi literasi di tengah kalangan pesantren. Sebab, tak sedikit santri yang mengunjungi ajang ini. Bahkan, mereka datang berombongan dengan pelbagai moda transportasi dari berbagai daerah Indonesia.

Baca Juga

Husni Kamil mengatakan, kehadiran para santri dan rombongan dari berbagai pesantren merupakan bukti kuat bahwa literasi Islam terus berkembang. Semangat mereka tidak surut oleh stigma rendahnya minat baca di Tanah Air.

"Kita lihat para santri, pesantren, tiap hari itu ada 16 pesantren, lebih dari 10 pesantren dan mereka datang berombongan dengan bis-bis ke sini. Jadi, kalau literasi Indonesia dianggap rendah, itu harus lebih banyak belajar pada literasi Islami,” ujar Husni kepada Republika, Ahad (22/6/2025) malam.

Tradisi membaca dan menulis dalam lingkungan pesantren bukanlah sesuatu yang baru. Sejak ratusan tahun lalu, para kiai dan santri telah terbiasa menyalin, mengkaji, dan bahkan mengarang kitab-kitab. Ini adalah bagian dari khazanah keislaman.

Dalam konteks itulah, kehadiran pesantren dalam IBF menjadi penting. Mereka tak sekadar pengunjung, melainkan juga pelaku aktif yang membawa semangat keilmuan dan budaya literasi Islam ke tengah masyarakat urban.

"Di sini kita melihat bahwa literasi Islam itu berkembang. Jadi, semua akan meningkatkan literasi islami dan juga akan mencerdaskan kehidupan bangsa," ucap Husni.

IBF 2025 mengusung tema “Berhijrah Melalui Literasi Islami untuk Pribadi yang Berkualitas.” Itu selaras dengan semangat pesantren yang senantiasa menanamkan nilai-nilai keislaman melalui teks dan praktik keilmuan.

Pihak panitia mencatat, sepanjang IBF 2025 berlangsung, lebih dari 60 acara diselenggarakan dan semuanya dipenuhi peserta yang sangat antusias. Diskusi buku, lomba-lomba Islami, seminar kewirausahaan syariah, hingga talkshow tokoh nasional menjadi bagian dari agenda menarik khalayak.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement