Sabtu 21 Jun 2025 09:05 WIB

Jejak Gotong Royong di Masjid Quba: Pelajaran dari Rasulullah untuk Umat Kini

Tradisi gotong royong dalam Islam sejak awal menjadi dasar penguatan ukhuwah.

Burung merpati terbang berlatar belakang Masjid Quba di Madinah, Arab Saudi, Jumat (28/6/2024). Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dibangun Rasulullah SAW pada 622 masehi saat Nabi melaukan hijrah dari Makkah ke Madinah. .
Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Burung merpati terbang berlatar belakang Masjid Quba di Madinah, Arab Saudi, Jumat (28/6/2024). Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dibangun Rasulullah SAW pada 622 masehi saat Nabi melaukan hijrah dari Makkah ke Madinah. .

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Masjid Quba di Kota Madinah bukan hanya bangunan suci yang pertama kali dibangun Nabi Muhammad SAW, tetapi juga simbol abadi kegotongroyongan dan persaudaraan umat Islam yang semangatnya tetap relevan hingga kini.

“Masjid Quba dibangun dengan semangat kolektif. Ini menjadi teladan tentang bagaimana umat membangun kebersamaan, bukan hanya fisik tapi juga spiritual,” ujar Mustasyar Dini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2025, Oman Fathurrahman, di Madinah, Kamis (19/6/2025).

Baca Juga

Ia menjelaskan tradisi gotong royong dalam Islam sejak awal telah menjadi dasar penguatan ukhuwah, dan Masjid Quba menjadi manifestasi awal dari prinsip tersebut di tanah Hijaz. Rasulullah SAW tidak hanya memimpin secara spiritual, tetapi juga turut serta secara fisik dalam pembangunan Quba

“Rasulullah ikut mengangkut batu, bekerja bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Semua punya peran, tidak ada yang superior. Inilah etika gotong royong yang menjadi ruh utama masyarakat Islam awal,” jelas Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Dalam sejarahnya, komunitas kaum Muhajirin dan Anshar bertemu untuk pertama kalinya secara menyatu di sini, memperlihatkan bagaimana perbedaan latar belakang justru dijadikan kekuatan, bukan sumber perpecahan.

Dalam pandangan Oman, simbol seperti Masjid Quba sangat penting untuk diangkat kembali di tengah dunia Islam yang kian terpolarisasi. Ia menyebut di masa Rasulullah, semangat kolektif ini pernah diganggu oleh upaya-upaya memecah belah umat, salah satunya melalui pembangunan Masjid Dirar oleh sekelompok orang munafik.

Masjid Dirar yang didirikan pada tahun 9 Hijriyah bukan untuk menyatukan umat, tetapi untuk menyaingi Quba, membangun faksi, memecah persaudaraan, dan menyebarkan fitnah di tengah masyarakat Muslim yang sedang tumbuh kuat.

“Masjid Dirar menjadi pelajaran penting dalam sejarah Islam. Ketika rumah ibadah digunakan sebagai alat politik pecah-belah, maka justru dihancurkan oleh Rasulullah sendiri. Kontras dengan Quba yang dibangun untuk meneguhkan kesatuan. Ini dua simbol berlawanan: Quba lambang persatuan, Dirar lambang perpecahan,” ujarnya.

photo
Mimbar Masjid Quba di Madinah, Arab Saudi menjelang waktu sholat Dzuhur, Sabtu (15/7/2023). - (Republika/Fuji Eka Permana)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement