Rabu 30 Apr 2025 14:36 WIB

Sebelum Bebaskan Makkah, Rasulullah Bermimpi Naik Haji

Untuk bisa membebaskan Makkah, Nabi SAW tak ingin berperang.

ILUSTRASI Lukisan Kabah. Sebelum membebaskan Makkah, Rasulullah bermimpi naik haji
Foto: Republika/Putra M. Akbar
ILUSTRASI Lukisan Kabah. Sebelum membebaskan Makkah, Rasulullah bermimpi naik haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembebasan Makkah (Fath Makkah) adalah puncak dari rentetan peristiwa penting yang terjadi sejak berlakunya Perjanjian Hudaibiyah. Tanda-tandanya tampak mulai dari tahun keenam Hijriyah. Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW memberitahukan perihal mimpinya kepada para sahabat.

Mimpi seorang utusan Allah SWT adalah wahyu atau nubuat. Beliau menyampaikan, dalam mimpinya itu Muslimin dapat berhaji ke Baitullah dengan aman sentosa. Mendengar itu, para sahabat serentak mengucapkan hamdalah. Kabar gembira ini dengan cepat tersebar ke seluruh Madinah.

Baca Juga

Akan tetapi, masih tersisa satu pertanyaan. Dengan cara apakah Rasulullah SAW dan Muslimin memasuki Makkah? Apakah melalui pertempuran? Ataukah justru orang-orang Quraisy dengan sebab-sebab tertentu mau membukakan jalan?

Nabi SAW menunjukkan bahwa tidak ada rencana berperang. Sampai pada bulan Dzulhijjah, beliau mengumumkan keinginannya untuk berhaji. Sekitar 1.400 orang sahabat, baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin, menyertai perjalanan Rasulullah SAW. Dalam rihlah ini, beliau dan Muslimin seluruhnya mengenakan pakaian ihram. Itu sebagai tanda bahwa kedatangan mereka bukan untuk memicu konflik, tetapi semata-mata berziarah ke Masjidil Haram.

Apalagi, Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang dimuliakan umumnya orang Arab. Berperang dalam bulan ini sangat terlarang. Kalaupun memaksakan diri untuk menyerang rombongan Nabi SAW, kaum Quraisy tidak akan didukung suku-suku Arab lainnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement