Kamis 17 Apr 2025 22:23 WIB

Terungkap Alasan Utama Israel Kian Brutal dan Apakah Perlawanan Pejuang Gaza Berhenti?

Serangan 7 Oktober 2023 membuka mata dunia kebobrokan Israel.

Warga Palestina dengan berjalan kaki pulang kembali menuju rumah mereka di Jalur Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Ribuan warga Palestina untuk pertama kalinya kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza Utara yang sebelumnya ditutup oleh Israel.
Foto: AP Photo/Abed Hajjar
Warga Palestina dengan berjalan kaki pulang kembali menuju rumah mereka di Jalur Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Ribuan warga Palestina untuk pertama kalinya kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza Utara yang sebelumnya ditutup oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Beberapa pengamat dan politisi berilusi bahwa perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani oleh Israel, yang kemudian dilanggar sebanyak 1.400 kali, merupakan indikasi berakhirnya (atau berkurangnya) perang eksistensial yang dilancarkan oleh para penguasa Israel terhadap rakyat Palestina.

Pengepungan kriminal Israel selama 36 hari terhadap lebih dari dua juta orang Palestina di Gaza, diikuti dengan dimulainya kembali operasi pengeboman biadab dan dimulainya operasi militer darat, menegaskan bahwa gencatan senjata hanyalah gencatan senjata singkat yang terpaksa diterima Benjamin Netanyahu untuk sementara, dan kemudian kembali ke tujuan perangnya yang tidak berubah.

Baca Juga

Yang paling utama adalah kejahatan pembersihan etnis penduduk Jalur Gaza, setelah mencabut perlawanan (jika ia mampu) dan menjejalkan penduduk ke dalam sebuah kamp konsentrasi massal di sebagian kecil wilayah Jalur Gaza sebagai persiapan untuk deportasi.

Beberapa media yang menyerukan perlawanan untuk menyerah mengabaikan fakta bahwa mereka sebenarnya memfasilitasi misi Netanyahu untuk melakukan pembersihan etnis di Gaza dan pencaplokan serta Yahudisasi di Tepi Barat sebagai awal dari pembersihan etnis di sana.

Perang yang dilancarkan oleh Israel terhadap rakyat Palestina benar-benar eksistensial. Perang ini dimulai bertahun-tahun sebelum 7 Oktober (2023), sejak Netanyahu berkuasa dan menghancurkan setiap kesempatan untuk perdamaian dan pendirian negara Palestina, dan bahkan berupaya menghilangkan ilusi kompromi dengan gerakan Zionis.

Tujuannya sejelas matahari, yang dia gunakan sebagai judul bukunya A Place Under the Sun, yang diterbitkan pada 1994, yaitu melikuidasi semua komponen perjuangan Palestina, mulai dari hak pengungsi untuk kembali, hingga hak untuk menentukan nasib sendiri, melalui hak asasi manusia yang paling mendasar, dan melikuidasi keberadaan rakyat Palestina di tanah Palestina melalui dua proses.

BACA JUGA: Ayat Terakhir yang Dibaca Umar Bin Khattab dan Tangisan para Sahabat Iringi Kematiannya

 

Kedua proses tersebut yaitu pemukiman dan kontrol atas tanah tersebut melalui Yahudisasi, yang diikuti dengan aneksasi dan deportasi, untuk melenyapkan keberadaan demografis Palestina, yang melampaui kehadiran Yahudi meskipun ada peristiwa Nakbah, dan meskipun ada separuh dari rakyat Palestina yang menjadi pengungsi di luar negeri.

photo
Sejarah Perlawanan Palestina - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement