REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Kondisi Gaza Palestina penuh keprihatinan. Tak ada bantuan kemanusiaan boleh masuk. Warga hidup dalam kesengsaraan. Mereka menjalani keseharian apa adanya dalam penuh keterbatasan.
Dalam keadaan yang serba kurang, mereka masih dibom Israel yang sangat bernafsu menguasai seluruh wilayah Palestina, baik Gaza maupun Tepi Barat. Tak peduli apa kata dunia, Pemerintah Israel di bawah rezim Netanyahu yang didukung ekstremis sayap kanan terus melangsungkan kejahatan dan melanggar prinsip kemanusiaan universal.
Entah disadari atau tidak. Agresi militer Israel tak hanya mengakibatkan derita warga Gaza, tapi juga sandera warga Israel yang ditahan Hamas. Mereka menjerit mengeluhkan segala derita yang dialami dalam sebuah video yang dirilis gerakan perlawanan.
Hamas menyiarkan klip video seorang tahanan Israel yang meminta bantuan dan menuntut pembebasannya. Brigade tersebut mengatakan bahwa dialah yang meminta rekaman video ini.
Tahanan yang mengaku sebagai nomor 22 itu terlihat berteriak, "Perdana Menteri, Hamas tidak meminta saya merekam video ini. Ini bukan perang psikologis. Perang psikologis yang sesungguhnya bagi saya adalah terbangun tanpa melihat anak dan istri saya. Ini tidak membuat saya sehat."
Ia menambahkan, "Anda tidak mengerti. Saya ingin keluar dari sini. Saya tidak punya makanan. Saya akan pergi ke Serikat Pekerja Umum. Saya tercekik. Saya ingin keluar dari sini. Tolong bantu saya. Saya merindukan istri, anak saya, dan semua orang."
Tahanan itu melanjutkan, "Keluarkan aku dari sini. Aku sudah bekerja selama 15 tahun di bawah Komite Pekerja dan aku tidak pernah meminta apa pun dari mereka. Kamu membela pekerja-pekerjamu yang terhormat, mengapa kamu tidak membelaku?"