Senin 17 Mar 2025 23:49 WIB

Mimpi Rasulullah tentang Malam Lailatul Qadar

Rasulullah bermimpi tentang malam lailatul qadar.

Tidur Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: republika
Tidur Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH – Di saat malam – malam terakhir bulan Ramadhan merupakan momen yang harus dimanfaatkan dengan baik dengan cara memperbanyak ibadah – ibadah. Terdapat kisah sahabat Nabi, Abu Said Al Khudriy melaksanakan Itikaf dan mendengarkan Rasulullah SAW berkhutbah.

Pada akhir Ramadhan umat muslim dianjurkan untuk Itikaf (berdiam diri di masjid) dan berlomba – lomba untuk mencari malam Lailatul Qadar.

Baca Juga

Saat itu, Abu Said Al Khudriy sedang melaksanakan Itikaf bersama Nabi Muhammad SAW yang dilakukan pada saat 10 malam pertengahan bulan Ramadhan. Lebih tepatnya sudah masuk tanggal 20 Ramadhan, sebab saat itu sudah berganti hari dan masuk waktu pagi.

Nabi Muhammad SAW berkhutbah dan mengatakan, bahwa ia bermimpi diberikan penglihatan kapan waktu terjadinya malam Lailatul Qadar. Kemudian, Nabi Muhammad SAW dibuat lupa dan tidak dapat mengingat penglihatan tersebut. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW memberikan perintah untuk mencari malam tersebut pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, khususnya pada malam ganjil.

Nabi Muhammad SAW berkata,

نِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ القَدْرِ، ثُمَّ أُنْسِيتُهَا -أَوْ نُسِّيتُهَا-

Artinya : “Aku bermimpi melihat kapan terjadinya malam lailatul qadar, kemudian aku dibuat lupa.”

فَالْتَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ فِي الوَتْرِ

Artinya : “(namun) carilah malam tersebut pada 10 hari terakhir bulan ramadhan, pada malam ganjilnya.”

Satu – satunya yang Nabi Muhammad SAW lihat pada mimpinya tentang malam Lailatul Qadar adalah malam tersebut terjadi pada malam – malam yang ganjil. Ia juga mengingatkan pada para sahabatnya untuk datang kembali ke tempat Itikaf dan lanjutkan beritikaf dengan-Nya.

Abu Said berkata sesuai dengan Hadits Riwayat Bukhari sebagai berikut,

“Maka kamipun kembali ketempat i’tikaf, (saat itu) kami melihat kelangit, tidak ada sedikitpun awan, walaupun hanya tipis. Lalu datanglah awan yang membawa hujan, sampai air bertetesan dari atap masjid -ketika itu atap terbuat dari pelepah kurma- Lalu shalatpun didirikan, dan akupun melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersujud pada air dan tanah (becek). Sampai-sampai aku melihat sisa-sisa tanah berada didahi beliau”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement