REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Militer Israel kali ini bertindak di luar batas. Mereka melakukan genosida di Gaza Palestina. Bantuan kemanusiaan dicegah masuk. Militer terus bombardir segala bangunan di sana. Infrastruktur benar-benar hancur. Operasi militer terus berjalan menembaki siapapun yang dilihat pasukan militer.
Aksi ini mengakibatkan lebih dari 45 ribu warga Palestina wafat. Termasuk di dalamnya adalah anak-anak dan balita. Mereka mengalami kekurangan gizi dan dihantam cuaca dingin, hingga akhirnya gagal hidup.
Tak sekadar disaksikan orang Palestina dan Israel, banyak kebiadaban Israel direkam video dan dipublikasikan di berbagai platform media sosial. Ada video pendek yang menampakkan warga Palestina menggotong mayat anaknya sendiri yang sudah terbungkus kain kafan tapi masih meneteskan darah.
Sholat jenazah massal, anak-anak dan wanita Palestina menangis meminta bantuan makanan, anak-anak stunting yang akhirnya wafat karena Israel sengaja membiarkan mereka kelaparan, dan banyak lagi. Semua itu sudah terekspos sehingga diketahui banyak orang. Namun, mengapa Israel tidak malu, tidak mengakui kesalahannya?
Pertanyaan mendasar terkait hal itu, mengapa Israel tega membiarkan banyak orang Palestina wafat?
Profesor Yahudi Ilan Pappe menjawab hal itu dalam sebuah wawancara dengan al Jazeera. “Anak-anak muda termasuk semua pejabat Israel mengakses berbagai dokumentasi tersebut, tapi itu semua tidak mengubah pendirian mereka untuk menguasai Palestina dan mengusir atau membunuh mereka semua,” kata Pappe.