REPUBLIKA.CO.ID, JERUSSALEM — Penjajah Israel berupaya membentuk kondisi baru di Gaza sebelum pasukan stabilisasi internasional ditempatkan. Hal tersebut dilakukan zionis mengingat Tel Aviv dinilai tidak lagi dapat melakukan serangan harian seperti yang terjadi di Lebanon, sebut laporan Harian Yedioth Ahronoth, Ahad (23/11/2025).
Laporan surat kabar terkemuka zionis itu mengatakan, Israel berlomba menciptakan kondisi di lapangan sebelum pasukan asing tiba karena respons terhadap pelanggaran akan lebih sensitif setelah pasukan internasional hadir.
Surat kabar itu menambahkan bahwa Israel lebih memilih menerapkan model Lebanon di Gaza, tetapi situasinya jauh lebih kompleks. Sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober, militer Israel telah menewaskan sedikitnya 342 warga Palestina dan melukai 875 lainnya di Gaza.
Yedioth Ahronoth lebih lanjut menyebut tekanan Washington sebagai tantangan lain karena Presiden Donald Trump ingin bergerak ke fase kedua dari kerangka gencatan senjata.“Israel menolak karena Hamas gagal mengembalikan jenazah tiga sandera yang tewas,” tulis laporan itu.
Sejak gencatan senjata berlaku, Hamas telah membebaskan 20 sandera Israel dalam kondisi hidup dan menyerahkan 27 dari 28 jenazah, sebagian besar warga Israel. Meski demikian, Israel mengklaim satu jenazah yang diterima tidak sesuai dengan daftar sandera mereka.




