REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG — Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Cholil Nafis meminta umat Islam untuk lebih ketat lagi dalam melakukan tabayun. Pada era kecerdasan buatan (AI) sekarang ini, Kiai Cholil menilai, banyak informasi atau konten yang dipalsukan.
Hal itu ia sampaikan dalam Seminar Interaktif bertema “Membangun Keadaban dalam Bermedia Sosial” yang digelar MUI Kabupaten Tangerang, Rabu (26/11/2025). Dalam acara ini, Kiai Cholil menegaskan kembali pentingnya membangun keadaban dalam bermedia sosial, terutama di tengah derasnya arus informasi dan maraknya pemalsuan konten di era teknologi AI.
Acara tersebut dihadiri jajaran MUI se-Kabupaten Tangerang, para tokoh masyarakat, serta kalangan media. Dalam kesempatan itu, Kiai Cholil memanfaatkan forum untuk mensosialisasikan keputusan Musyawarah Nasional (Munas) XI MUI terkait Ketahanan Media Sosial, yang menjadi pijakan MUI dalam merespons dinamika digital saat ini.
"Bahwa Mabda’ Asasi (Peta Jalan) MUI di paruh kedua setengah abad ini adalah menjadikan media sosial sebagai alat dan media dakwah penguatan literasi ilmu ke-Islaman dan ketahanan nasional," ujar Kiai Cholil kepada Republika, Rabu (26/11/2025).
Lebih lanjut, kiai asal Madura ini menerangkan, ada dua rukun penting yang wajib dipegang umat dalam beraktivitas di media sosial. Pertama, yaitu prinsip tabayun.
Setiap informasi yang diterima, kata dia, harus diverifikasi terlebih dahulu sebelum dipakai atau disebarkan. Ia mengingatkan, hampir semua informasi umum di media sosial perlu diragukan kebenarannya sampai ada validasi yang jelas.“Apalagi zaman AI (akal imitasi) begini semua info dan gambar dapat dipalsukan seakan asli,”kata dia.




