REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ada kalanya kita yang saat ini hidup di alam demokrasi, berhak untuk memilih pemimpin melalui pemilihan umum. Namun, bagaimana ternyata pemimpin yang tidak kita sukai atau dibenci malah menang dan terpilih sebagai pemimpin masyarakat?
Dalam sebuah hadits disebutkan:
Sepeninggalku nanti akan muncul pemimpin-pemimpin yang kamu tidak sukai. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah yang anda perintahkan sekiranya perkara itu terjadi kepada kami? Rasulullah SAW menjawab dengan bersabda: Penuhilah kewajiban yang telah diberikan kepada kamu dan mohonlah hak kamu kepada Allah (HR Tirmidzi).
Buya H Muhammad Alfis Chaniago dalam Indeks Hadits dan Syarah II menjelaskan, hadits di atas menjelaskan tentang pentingnya menaati seorang pemimpin, meskipun pemimpin itu tidak kita sukai. Selama pimpinan itu memberikan perintah kebaikan kepada kita maka sudah seharusnya kita melaksanakan demi kemajuan bersama.
"Akan tetapi mengenai hak-hak kita yang sudah seharusnya kita peroleh maka serahkanlah kepada Allah SWT dengan kesabaran dan keikhlasan," tulis Buya Alfis.
Hadits lainnya berbunyi:
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ.
Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) pada apa-apa yang ia cintai atau ia benci kecuali jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan. Jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat. (HR Nasai)
Buya Alfis menjelaskan, hadits ini menjelaskan pentingnya taat pada pemerintah. Selama, pemerintah tidak menyuruh untuk berbuat maksiat.
"Kalau pemimpin tersebut memerintahkan maksiat maka harus kita tolak, karena ketaatan hanya ada dalam amal shaleh'" tulis Buya.