Senin 24 Jun 2024 09:30 WIB

Tajikistan Sahkan RUU Larang Jilbab Meski 98 Persen Populasi Muslim

RUU melarang hijab di Tajikistan disetujui parlemen.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi Muslimah membela kebebasan berhijab.
Foto: EPA-EFE/RAJAT GUPTA
Ilustrasi Muslimah membela kebebasan berhijab.

REPUBLIKA.CO.ID, DUSHANBE -- Negara Tajikistan di Asia Tengah secara resmi melarang penggunaan jilbab atau hijab dan “pakaian asing” lainnya pada pekan ini, seiring dengan disahkannya undang-undang baru yang mengatur pakaian Islami dan perayaan Idul Fitri oleh parlemen negara tersebut.

RUU tersebut, yang disetujui oleh majelis tinggi parlemen, Majlisi Milli, pada 19 Juni, muncul setelah bertahun-tahun diberlakukannya tindakan keras tidak resmi terhadap hijab di negara mayoritas Muslim tersebut.

Baca Juga

Dilansir dari laman Morocco World News pada Senin (24/6/2024), berdasarkan undang-undang baru, individu yang mengenakan jilbab atau pakaian keagamaan terlarang lainnya dapat dikenakan denda yang besar hingga 7.920 somoni (sekitar 700 dolar AS). Perusahaan yang mengizinkan karyawannya mengenakan pakaian terlarang berisiko dikenakan denda sebesar 39.500 somoni (3.500 dolar AS).

Pejabat pemerintah dan pemimpin agama akan menghadapi denda yang lebih besar yaitu 54.000-57.600 somoni (4.800 dolar AS sampai 5.100 dolar AS) jika ditemukan melakukan pelanggaran.

RUU tersebut juga membatasi partisipasi anak-anak dalam perayaan dan tradisi pemberian hadiah yang terkait dengan hari raya Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Pejabat pemerintah menyatakan langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan “pendidikan dan keselamatan yang layak” bagi anak-anak selama liburan.

Baca di halaman selanjutnya...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement