REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Dalam rangka memperingati Haul Kedua Buya Syafii Maarif, Kiniko Art Management menyelenggarakan pameran bertajuk "Berdiang di Perapian Buya Syafii" yang bertempat di Sarang Building, Blok 2, Yogyakarta. Kiniko bekerja sama dengan Maarif Institute dan Anak Panah.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, di antaranya Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, Ketua PWM DIY Dr Muhammad Ikhwan Ahada, Direktur Maarif Institute Andar Nubowo PhD, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, Butet Kartaredjasa, Ahmad Syauqi Soeratno, para seniman, pimpinan kampus-kampus Muhammadiyah, dan Umi Nur Khalifa (istri Buya Syafii).
Jumaldi Alfi, selaku inisiator acara sekaligus pemilik Sarang Building mengungkapkan rasa syukur dan penghormatan atas kesempatan untuk mengenang Buya Syafii melalui pameran ini. Ia menekankan bahwa Buya Syafii adalah sosok yang memberikan banyak hikmah dan teladan. Pemikiran beliau harus terus hidup dan menjadi suluh bagi generasi mendatang.
"Buya Syafii bukan hanya milik Muhammadiyah, tapi milik semua. Beliau adalah tungku yang tak pernah padam, yang mana di tungku itu kita berdiang. Haul ini adalah tradisi yang merupakan salah satu upaya kecil dalam melegasikan pemikiran Buya agar tetap hidup," ujar pria yang kerap disapa Uda Alfi.
Andar Nubowo, Direktur Maarif Institute, juga memberikan sambutan hangat pada acara tersebut. Ia menyoroti pentingnya pemikiran Buya Syafii yang menjadikan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin dengan tiga poros pemikiran utama: keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Andar menegaskan bahwa ketiga poros ini saat ini tengah menghadapi krisis multidimensi, dan penting bagi para intelektual muslim untuk mengobarkan kembali api pemikiran Buya Syafii.
"Buya Syafii bersahabat dengan para tokoh lintas agama. Inilah momen kita untuk menggali pikiran-pikiran beliau. Buya Syafii adalah sosok yang mampu menjembatani berbagai perbedaan dan membawa pesan damai," tegas Andar.
Acara pameran ini dibuka secara resmi oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nasir. Dalam sambutannya, Haedar Nasir menyampaikan betapa besar pengaruh Buya Syafii dalam memajukan pemikiran Islam di Indonesia. Haedar mengajak semua yang hadir untuk terus menjaga dan mengamalkan nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh Buya Syafii. Haedar kembali mengingat lagi masa-masa ketika ia mendampingi kehidupan Buya Syafii selama kurang lebih 25 tahun. Ia mengungkapkan bahwa dia banyak belajar dengan Buya Syafii dengan kearifannya yang melintas batas dalam menyikapi persoalan-persoalan yang moderat.
Selanjutnya, pembukaan pameran dilakukan secara simbolis dengan melukis pada kanvas kosong. Haedar Nashir ditemani dengan Butet Kartaredjasa dan Irjen Pol Suwondo Nainggolan untuk melukis. Lalu, diikuti oleh para perupa yang karyanya dipajang dalam pameran ini. Pameran ini akan dilangsungkan pada tanggal 28 Mei – 2 Juni 2024 dari pukul 10.00 – 17.00 di Sarang Building, Blok 2. Heru Joni Putra selaku kurator pameran menyebutkan bahwa para perupa mencoba untuk mengabstraksikan metafora Buya Syafii dalam karya-karyanya.
“Jadi, konsep pameran ini kita mengirimkan para perupa itu metafora-metafora perihal Buya Syafii, atau lebih luasnya, karya perupa ini berbicara tentang Buya, baik sikap, tindakan, maupun diamnya,” ujar Heru, selaku Kurator dalam pameran kali ini.
Acara pameran ini akan diselingi juga dengan diskusi refleksi pemikiran Buya Syafii Maarif yang bermitra dengan Anak Panah dan Islam Millenial. Acara refleksi pertama pada Rabu, 29 Mei 2024 pukul 16.00 dan acara kedua Jumat, 31 Mei 2024 pukul 16.00 di tempat yang sama.