REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sembilan bulan sudah Khabib Nurmagomedov pensiun dari Mixed Martial Arts (MMA). Dia memutuskan menggantung sarung tinjunya di usia 32 tahun dengan rekor sempurna 29-0. Banyak yang beranggapan bahwa keputusannya untuk pensiun terlalu dini, karena masih banyak yang dapat dia capai di MMA.
3 Juli lalu adalah peringatan satu tahun kepergian mendiang Abdulmanap, ayah Khabib Nurmagomedov. Abdulmanap lebih dari sekedar pelatih putranya, namun juga petarung ahli yang telah mendalami gulat sejak usia dini. Bukan hanya menjadi alasan kesuksesan sang putra, Abdulmanap juga menjadi pelatih yang sukses mencetak banyak juara bela diri. Ketika menyandang status sebagi Veteran Angkatan Darat Uni Soviet, Abdulmanap fokus menjadi pelatih seni bela diri di Dagestan, dan tercatat sebagai pelatih timnas sambo tempur Dagestan.
Sejak usia 15, berbekal gemblengan sang ayah, Khabib memantapkan karirnya sebagai petarung dan termotivasi mimpi sang ayah yang mengharapkannya menjadi atlet kelas dunia. Perjuangannya berbuah manis ketika Khabib berhasil mendapatkan kesempatan menjalani debut profesional di MMA pada 2008, dan bergabung dengan UFC pada 2012.
Sejauh ini Abdulmanap selalu menemani perjalanan Khabib hingga sukses menjadi juara UFC. Namun April tahun lalu, kesehatan Abdulmanap memburuk setelah dinyatakan positif Covid-19 dan sempat menjalani operasi jantung. Dia sempat koma, hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhit pada Jumat, 3 Juli 2020. Kepergian Abdulmanap dirumorkan menjadi alasan Khabib untuk meninggalkan pertarungan.
Saat kematian sang ayah, karir Khalid tengah berada di puncak kejayaan. Saat bertarung dengan Thiago Moises, petarung tangguh asal Brasil, Khalid tidak banyak bicara dan membiarkan penampilan petarungnya yang ‘berbicara’. Dia dengan cepat melakukan serangan dan tidak mengucapkan sepatah kapapun begitu dinyatakan memenangkan pertarungan. Khabib sangat menurunkan sikap mendiang Abdulmanap yang nyaris tidak mengucapkan sepatah kata pun saat melatih para pejuangnya. Karakter Khabib yang tidak mencolok, tenang, dan menghormati semua lawannya merupakan didikan yang sukses diturunkan sang ayah padanya.
Abdulmanap secara konsisten mengajarkan kerendahan hati dan kesabaran kepada putranya, landasan iman Islam yang selalu dia tanamkan pada sang anak, yang pada akhirnya memenangkan hati jutaan penggemar Muslim di seluruh dunia. Basis penggemar Khabib sudah tak diragukan lagi, dengan daya tariknya yang besar di negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Emirat. Meski kepergiannya dari ring membuat kekosongan minat Muslim dan Timur Tengah di UFC yang kesulitan untuk menemukan pengganti sang idola.
Namun karir Khabib belum berakhir. Sebaliknya, itu baru dimulai, pemula untuk menjadi pelatih yang berkomitmen, untuk mencetak juara berikutnya dari Dagestan, wilayah Kaukasus dan American Kickboxing Academy (AKA). Banyak yang percaya bahwa Islam Makhachev, pejuang yang juga hasil didikan Abdulmanap dan menyandang agama yang identik dengan Khabib, akan menjadi petarung yang paling menjanjikan.
Beberapa pakar olahraga terkemuka bahkan telah menjuluki Islam sebagai “Khabib berikutnya,” dan Khabib sendiri memperkirakan bahwa pasukannya akan menjadi juara UFC kelas ringan. Brian Campbell, dari CBS Sports dan podcast olahraga tempur populer Morning Kombat, juga menyebut Islam sebagai juara Dagestan berikutnya dari “smash factory” Abdulmanap. Ikon MMA Daniel Cormier, andalan di gym AKA, juga memprediksi Islam akan menjadi juara.
Harapan yang tinggi sering kali datang dengan tekanan yang luar biasa, tetapi memiliki Khabib di sudutnya sebagai pelatih dan mentor memberi Islam keuntungan yang cukup besar atas musuh-musuhnya. Saat ini peringkat di nomor 5, banyak dari nama-nama mapan di divisi ringan telah menghindari pertarungan dengan Islam. Kemenangan atas Moises telah dengan tegas menempatkan Islam di tengah perebutan gelar, dan akan memaksa pesaing teratas untuk masuk ke kandang bersamanya.
Bahkan yang lebih dramatis, Islam mungkin berada dalam posisi yang baik dalam waktu dekat untuk melawan Conor McGregor, yang kerap memantik kontroversi dan permusuhan dengan Khabib. Seperti yang diketahui hubungan keduanya semakin sengit sejak laga UFC 229, Oktober 2018 silam. Diperparah dengan cuitan McGregor yang secara tersirat menyinggung ayah Khabib.
Jika sebelumnya dia berharapan melawan McGregor di ring laga, kini Khabib akan memaksimalkan perannya sebagai pelatih untuk mendukung petarungnya untuk menjadi juara. Dia dipastikan akan mewarisi cara didik sang ayah dalam melahirkan atlet kelas dunia. Membangun Islam menjadi seorang juara lebih dari sekadar babak profesional berikutnya adalah tujuannya, namun yang untuk menghormati perjuangan mendiang ayahanda dan membentuk lebih banyak lagi petarung di MMA.
Sumber:
https://www.trtworld.com/opinion/khabib-islam-and-the-making-of-a-ufc-champion-48914