Rabu 09 Jun 2021 17:15 WIB

Mengapa Kekayaan itu Penting di Tangan Muslim yang Saleh?

Kekayaan yang hakiki menurut Islam adalah yang menunjang kesalehan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Kekayaan yang hakiki menurut Islam adalah yang menunjang kesalehan. Ilustrasi kaya
Foto:

Sementara itu, pengajar di Ma'had Daarussunnah Bekasi, Ustadz Muhammad Azizan Syahrial Lc menjelaskan, makna kaya bagi seorang Muslim tercermin dalam hadits riwayat Bukhar dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Abu Hurairah: 

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ، ﻋَﻦِ اﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ: «ﻟَﻴْﺲَ اﻟﻐﻨﻰ ﻋَﻦْ ﻛَﺜْﺮَﺓِ اﻟﻌَﺮَﺽِ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ اﻟﻐِﻨَﻰ ﻏِﻨَﻰ اﻟﻨَّﻔْﺲِ

"Bukanlah kekayaan itu terletak pada banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan (yang hakiki) itu adalah kekayaan hati (qanaah)." 

Ustadz Azizan menjelaskan, Imam Syafi'i pernah mengatakan bahwa bila seorang Muslim memiliki hati yang qanaah, maka dia dan raja dunia itu sama. Dengan catatan, punya hati yang qanaah. Kaya atau miskin bagi seorang Muslim sebetulnya tidak ada bedanya. Sebab, tolok ukurnya bukanlah kemiskinan atau kekayaan, tetapi sejauh mana menjadi Muslim yang memanfaatkan segala sesuatu yang Allah SWT takdirkan kepada dirinya. 

"Bila miskin, dia bersabar. Bila kaya, dia bersyukur. Jadi kekayaan seperti apa yang harus dicari seorang Muslim? Dia tidak harus mencari kekayaan. Tidak ada satu pun perintah di dalam Alquran dan hadits agar kita menjadi orang kaya. Artinya, kekayaan atau kemiskinan itu karunia Allah SWT," ungkapnya.

Allah SWT, memberikan karunia kepada siapapun yang Dia kehendaki. Bila seorang Muslim diberi kekayaan, maka ia harus mengatur kekayaan itu dengan baik dan harus memanfaatkan kekayaan yang Allah SWT berikan padanya itu dengan baik, sebagaimana yang dilakukan Sahabat Nabi SAW, Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan. 

Kehidupan para Sahabat Nabi Muhammad SAW seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf itu tidak pernah mengincar kekayaan. Mereka hanya berusaha dan Allah SWT beri karunia berupa kekayaan. Karena, Nabi SAW meski tidak pernah mengajarkan untuk menjadi kaya, beliau berharap ada umatnya yang kaya dan berkah hartanya agar bisa menyalurkan harta kepada saudara-saudaranya yang membutuhkan sesuai tuntunan Islam. "Jadi, apakah Rasulullah mengajak umatnya untuk menjadi kaya? Tidak, tetapi Nabi SAW pernah mendoakan Anas bin Malik agar memiliki banyak harta," terang Ustadz Azizan. 

Dalam hadits Mmttafaqun alaih, Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah, perbanyaklah hartanya (Anas bin Malik), dan anak-anaknya, serta berkahilah apa yang telah Engkau berikan kepadanya." 

 

Dari hadits itu, diketahui tentang pentingnya menyertai kekayaan dengan keberkahan. "Jadi kembali lagi, tolok ukurnya bukan tentang kekayaan, tetapi sejauh mana hartanya diberkahi Allah SWT," imbuhnya. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement