Malik telah menjadi pegolf selama tujuh tahun dan mendirikan MGA yang menggelar acara pertamanya pada Agustus lalu. Pandemi Covid-19 menyebabkan pembatalan kompetisi dua hari di The Belfry musim gugur lalu. Sekarang proyek Malik berjalan lancar dan dia bertekad untuk lebih mempopulerkan olahraga golf di komunitas Muslim.
“Sungguh saya pikir ada banyak kesamaan antara Islam dan permainan golf,” ujar dia.
Namun, ada aspek lingkungan klub golf yang ia rasa kurang cocok. Golf memiliki sisi sosial di dalamnya. Menjadi seorang Muslim sulit untuk berkompromi dengan minuman alkohol dan berjudi. Terlebih, jika waktu ibadah datang, akan terasa canggung. Itu yang membuat Malik sadar ada banyak Muslim lain yang merasakan hal serupa.
Penampilannya pun kerap dipandang rendah dalam lingkungan pemain golf. “Orang-orang memberi Anda penampilan ganda, terutama jika itu adalah pria berjanggut. Saya punya satu dan saya bangga akan itu,” ucap dia.