REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Insiden kebencian anti-Muslim di Inggris meningkat lebih dari tiga kali lipat akibat genosida Israel di Gaza. Hal ini disampaikan berdasarkan laporan Tell MAMA, sebuah kelompok pemantau, sebagaimana dilansir Arab News, Sabtu (24/2/2024).
Laporan tersebut mencatat 2.010 kasus serupa dalam empat bulan sejak serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang memicu konflik. Ini adalah jumlah kasus terbesar yang tercatat dalam periode empat bulan, kata sebuah pernyataan dari organisasi tersebut.
BACA JUGA: Kenakan Keffiyeh, Menlu Retno Hujat Israel di Persidangan Mahkamah Internasional
Angka terbaru tersebut naik dari 600 insiden pada periode yang sama pada 2022-2023 atau meningkat sebesar 335 persen. "Kami sangat prihatin dengan dampak perang Israel dan Gaza terhadap kejahatan rasial dan kohesi sosial di Inggris," kata Direktur Tell MAMA Iman Atta.
Dia menekankan meningkatnya kebencian anti-Muslim ini tidak dapat diterima. "Kami berharap para pemimpin politik bersuara untuk menyampaikan pesan yang jelas bahwa kebencian anti-Muslim, seperti anti-Semitisme, tidak dapat diterima di negara kita," tuturnya.
Tell MAMA menyebutkan 901 kasus terjadi secara offline dan 1.109 kasus terjadi secara online. Sebagian besar insiden offline terjadi di ibu kota Inggris, London. Hal ini mencakup perilaku kasar, ancaman, penyerangan, vandalisme, diskriminasi, ujaran kebencian, dan literatur anti-Muslim.
Bahkan perempuan menjadi sasaran...