REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Muslim dan Yahudi Inggris telah bersatu menyerukan perdamaian menyusul peningkatan signifikan insiden akibat kebencian. Data dari Community Security Trust (CST) menyebut peningkatan 500 persen dalam insiden anti-Semit sejak bentrokan di masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur.
Sementara kelompok pemantau Islamofobia, Tell Mama, mencatat kenaikan 430 persen dalam laporan tindakan anti-Muslim. Dilansir dari The National News, Rabu (26/5), konflik di Palestina telah menyebabkan Muslim Melawan Anti-Semitisme dan Dewan Kepemimpinan Yahudi mendanai iklan satu halaman penuh di surat kabar New York Times. Langkah ini disebut bertujuan mengutuk kebencian dan menyerukan perdamaian.
"Kami menerima ada banyak hal yang tidak dapat disepakati, di sisi mana pun dari berbagai pendapat, Tapi mari kita tidak setuju kepada kebencian. Mari kita bernegosiasi dengan itikad baik untuk mencari solusi yang adil. Selalu ada ruang untuk diskusi, tidak pernah ada ruang untuk kebencian,” kata Dewan Kepemimpinan Yahudi.
"Ada dua kata, satu bahasa Arab, satu bahasa Ibrani, yang memiliki akar yang sama, keduanya berarti damai. Salam. Shalom," tambahnya.
Menurut mereka, ekstremis mencoba memanfaatkan konflik dengan berbagi unggahan kebencian tentang Israel dan Palestina secara online. Di London, seorang Rabbi diserang di dekat sinagognya di London utara dan dalam insiden lain konvoi orang-orang dengan mobil yang ditutupi bendera Palestina meneriakkan ancaman kepada orang-orang Yahudi.