REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu di antara topik menggelitik yang berkaitan dengan diskursus gender adalah soal apa ganjaran bagi perempuan kelak di surga. Rententan dalil menyebutkan, kaum laki-laki akan mendapatkan bidadari.
Sebut saja, misalnya, surah Shaad ayat 52 berikut: “Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.” Bidadari-bidadari itu diperuntukkan bagi penghuni surga. Lalu, apakah balasan yang sama juga diterima perempuan, berupa 'pendamping idaman’?
Cendekiawan Muslim asal Mesir Syekh Abdullah bin Samak memberikan jawaban yang cukup tegas bahwa perempuan tidak akan menerima bidadari huur al-'in. Bahkan, Muslimah akan menjelma sebagai perempuan jelita dan rupawan, melebihi kecantikan bidadari yang dielu-elukan. Muslimah itu pun akan kembali ke pangkuan sang suami bila yang bersangkutan ialah sosok istri yang salehah.
“Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS al-Mu'min [40]: 8)
Suatu saat Ummu Habibah seperti diriwayatkkan oleh Anas bin Malik bertanya kepada Rasulullah SAW perihal nasib seorang istri yang pernah nikah lebih dari dua kali, lantaran suami yang pertama telah meninggal dunia. Rasul pun menjawab, istri tersebut akan kembali kepada sang suami yang memiliki akhlak paling baik selama hidup di dunia.
Riwayat lain dari Ummu Salamah menegaskan ganjaran Muslimah di surga nanti bahwa para Muslimah tersebut justru akan lebih cantik dari bidadari di surga. Seperti nilai baju lapisan luar yang mentereng dibandingkan dengan baju lapisan dalam.
Syekh Manshur Arabi menegaskan hal yang sama. Kenikmatan dan kebahagiaan surga juga akan dirasakan oleh Muslimah dan tidak terbatas pada laki-laki. Penegasan ini seperti tertuang dalam surah an-Nisaa' ayat 124.
“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.”
Dan, para Muslimah tersebut akan kembali muda dan perawan seperti ditegaskan oleh Rasul. Muslimah yang bersuami akan kembali ke pangkuan suaminya, bila belum bersuami selama di dunia, maka Allah akan memberikan pendamping yang terbaik kelak di akhirat. “Tak ada yang membujang di akhirat,” sabda Rasul.
Penegasan yang sama juga dikuatkan oleh Syekh Ibnu Utsaimin. Para penghuni surga memiliki hak yang sama untuk merasakan nikmat, apa pun yang mereka inginkan. “Dan, di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya." (QS az-Zukhruf [43]: 71).
Sekalipun nikmat tersebut tetap harus berselaras dengan norma-norma syariat yang bersifat kekal. Nikmat itu mesti pula sesuai dengan fitrah manusia yang suci dan hukum-hukum Allah SWT. Meski dengan catatan bahwa takaran, sifat, dan pola nikmat tersebut tidak bisa dibandingkan, antara kenikmatan duniawi dan surgawi.
Ini seperti dinukilkan dari pernyataan Ibnu al-Qayim bahwa para ahli surga akan kebiasaan yang buruk dan jorok seperti yang dilakukan selama di dunia. “Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 25)
Dan, menikah merupakan salah satu bentuk kenikmatan, maka hak tersebut bersifat tidak terbatas yang akan dirasakan, baik oleh Muslim ataupun Muslimah. Muslimah yang bersuami di dunia, akan dipertemukan kelak di akhirat, seperti penegasan surah al-Mu'min ayat kedelapan di atas.
Bahkan, selama suami saleh, istri tersebut kembali diperuntukkan bagi sang suami. Bila tidak, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bila belum mendapatkan jodoh di dunia, Allah telah mempersiapkan pendamping terbaik di surga.