Ahad 07 May 2017 16:15 WIB

Antara Patriotisme dan Agama

Rep: Siwi Tri Puji B/ Red: Agung Sasongko
Seorang Muslim Uighur berada di depan militer yang patroli di wilayah Xinjiang.
Foto: VOA
Pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama bertemu tokoh-tokoh Muslim AS

Di Cina, hanya ada lima agama yang diakui, yaitu Budha Cina, Islam, Katolik, Pro testan, dan Taoisme. Masing-masing agama diawasi oleh organisasi resmi yang dibuat pemerintah. "Tempat ibadah didata secara ketat, pemimpin agama dipantau, konten teologis dikelola, dan festival ta hunan atau ziarah seperti haji diselenggarakan di bawah naungan resmi negara," tulis Freedom House.

Di antara semua agama, diakui lembaga ini, tekanan terhadap kaum Muslim dan umat Budha Tibet lebih keras dari umat lain. Laporan tersebut mendokumentasikan pembatasan yang sangat ketat terhadap umat Islam antara lain dicegah atau dilarang berpuasa selama bulan Ramadhan dan larangan memakai jilbab bagi Muslimah. Sedang umat Budha Tibet, penjara adalah muara bagi mereka yang berani menunjuk kan aktivitas keagamaannya secara terbuka.

Falun Gong gerakan spiritual yang di ha ramkan Beijing dan dianggap sebagai "sekte terlarang" juga mengalami tindakan represif selama beberapa dekade terakhir. Feedom House mengatakan puluhan ribu umat yang berurusan dengan aparat keamanan mayoritas adalah penganut sekte ini. "Banyak kegiatan spiritual yang dilaku kan se cara bebas di seluruh dunia — seperti puasa selama bulan Ramadhan, berdoa ber sama anak-anak, atau melakukan latih an meditasi — sangat dibatasi di Cina dan pe laku nya bisa dihukum dengan kejam," kata Cook.

Satu-satunya agama yang dipandang 'sukses' melewati semua aturan yang superketat terkait agama ini adalah Kristen Protestan. Kampanye anti-agama yang meng ikuti pengambilalihan komunis tahun 1949 memberi jalan bagi rakyatnya menuju trans formasi spiritual dan agamawan Protestan menangkap dengan cepat kecenderungan ini.

Mereka membuat kelompok-kelompok kecil — kerap disebut sebagai 'gereja bawah tanah' — studi agama yang dilakukan secara sem bunyi-sembunyi. Pada awalnya, ke giatan kelompok ini seringkali dibubarkan aparat keamanan. Properti dirusak atau pemimpinnya diciduk adalah hal biasa.

Namun perkembangan selanjutnya, ke lompok-kelompok ini berkembang men jadi sangat terorganisasi, dan ibadah tak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Penjelasan sederhananya begini: kelompok- kelompok kecil yang disebut gereja bawah tanah ini selain menghimpun jemaat baru, juga menjalin komunikasi intens dengan kelompok lain sejenis. Ketika sudah menjadi kelompok besar, baru mereka muncul ke permukaan dan mengurus izin secara resmi pada pemerintah dan meng ubah diri dari gereja bawah tanah menjadi gereja patriotik, istilah di Cina untuk menyebut gereja yang diakui secara resmi.

Namun tak sedikit yang tetap menolak bergabung dengan organisasi gereja resmi buatan pemerintah, bahkan menurut sebuah laporan, jumlahnya lebih dari dua per tiga seluruh gereja di Cina. Risikonya, mereka akan selalu berhadap-hadapan dengan aparat keamanan. Di Provinsi Zhejiang misalnya, 20 gereja dirobohkan paksa dan lebih dari 1.000 simbol salib diturunkan. Ribuan orang, seperti dilaporkan ChinaAid, ditahan karena melaku kan perlawanan.

Namun sepak terjang gereja-gereja ba wah tanah ini tak bisa dianggap enteng. Ge rilya mereka inilah, menurut New York Ti mes, yang andil membesarkan jumlah peng ikut agama Kristen Protestan. Dari sekitar 1 juta pengikut ketika komunis mulai berkuasa, jumlah penganut agama ini se karang setidaknya mencapai 60 juta. Kini, Kristen Protestan menjadi agama yang paling cepat berkembang di Cina.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement