REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam telah ada di Xinjiang sejak berabad-abad silam. Sejarah mencatat, pada akhir abad ke-9 dan awal abad ke-10, Islam menyebar ke bagian selatan Xinjiang. Penyebaran Islam ini berasal dari Asia Tengah.
Pada pertengahan abad ke-14, di bawah paksaan Qagatay Khanate (daerah di bawah kekuasaan Qagatay, anak kedua dari Genghis Khan), Islam tumbuh secara bertahap menjadi agama utama di Mongolia, Uighur, Kazakstan, Kirgistan, dan Tajikistan. Dan, pada awal abad ke-16, Islam akhirnya menjadi agama utama di Xinjiang, menggantikan agama Buddha.
Setelah masuknya Islam, kepercayaan zoroastrianisme, manichaeisme, dan nestorianisme yang menjadi kepercayaan suku Uighur dan suku-suku lain di sekitarnya secara bertahap hilang dari Xinjiang. Namun, pengikut agama Buddha dan Taoisme tetap bertahan.
Ketika Dinasti Ming berkuasa di daratan Cina, kepercayaan Buddha Tibet tumbuh kembali dan menjadi agama besar sejajar dengan Islam di wilayah Xinjiang.
Baca: Islam di Xianjiang Berjuang di Tengah Keterbatasan
Situs www.guardian.co.uk menyebutkan, masuknya agama Islam ke Provinsi Xinjiang ditempuh dengan cara yang berbeda dibandingkan masuknya Islam di bagian lain dari Cina. Islam di Xinjiang tidak menyebar secara cepat, meski sudah terbentuk kelompok Muslim di wilayah ini. Islam menjadi agama yang dipilih masyarakat setelah para pemuka Xinjiang beralih menjadi Muslim dan Islam diklaim menjadi identitas agama Xinjiang.
Para pemuka agama menyebarkan ajaran Islam kepada para penduduk. Karena itu, perpaduan antara politik dan agama tergambar dalam penyebaran Islam di Xinjiang.
Sekitar abad ke-18, agama Protestan dan Katolik mulai masuk ke Xinjiang pada saat Buddha, Taoisme, dan Shamanisme sedang berkembang di daerah ini. Karena itu, selain masjid, maka kuil dan gereja pun bisa ditemui di setiap sudut Xinjiang kala itu.
Berdasarkan perjalanan sejarah, dominasi agama tertentu di Provinsi Xinjiang berganti-ganti. Saat ini, agama dengan penganut terbanyak di Xinjiang adalah Islam, diikuti Buddha (termasuk Buddha Tibet), Protestan, Katolik, dan Tao. Sementara, Shamanisme tetap diikuti oleh beberapa suku di Xinjiang.