Rabu 08 Feb 2017 17:47 WIB

Diusir dan Digunduli, Charoline Bertahan Karena Ingat Perjuangan Rasulullah

Rep: mgrol86/ Red: Agung Sasongko
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto:
azan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama setahun mendalami agama Islam, Charoline meyakini Islam-lah yang paling sempurna. Akhirnya dia memutuskan untuk bersyahadat dibimbing ustaz dan Umi. Hatinya sangat lapang setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, dia merasakan kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskan.

Apalagi ketika dia mendapatkan nama Siti Hajar dari ustad, dengan harapan keteguhan hati Charoline akan seperti Siti Hajar tetap taat kepada Allah dan patuh kepada suaminya yang shaleh, ketika dia sudah menikah nanti.

“Saya mulai diajarkan shalat oleh Umi, hati saya rasanya terharu karena bisa memenuhi panggilan Allah ketika azan. Meskipun beberapa minggu saya masih mencontek dari buku ketika sholat. sejak awal saya belajar shalat sampai saat ini pun saya sering menangis setiap kali sholat karena saya merasa bersyukur diberi nikmat yang luar biasa oleh Allah,”katanya.

Charoline yang sering mengunci kamar dan menyendiri membuat orang tuanya curiga. Setiap kali ditanya kenapa dia berubah Charoline selalu mengelak. Orangtuanya yang curiga diam-diam mencari tahu penyebab Charoline sering dikamar.

“Waktu itu saya lagi shalat Isya, Qadarullah saya lupa mengunci pintu. Waktu saya lagi rukuk rakaat kedua, tiba-tiba ayah saya berteriak dan membanting pintu, saya terus melanjutkan shalat. Ayah saya menarik mukena dan menyeret saya ke lantai bawah. Saya ditampar, d pukuli habis-habisan,” kata dia.

“Tidak ada yang membela saya, ibu dan adik-adik menjadikan saya tontonan. Meskipun saya tahu sebenarnya ibu saya menangis tapi dia tidak berani menolong saya. Berulang kali ayah saya bertanya apakah saya Islam atau saya main-main saja, setiap kali saya jawab saya sudah Muslim dia memukul saya,” kata dia.

“Tapi saya tidak membuat perlawanan apapun karena saya tahu walau bagaimanapun dia adalah orangtua saya kalau saya melawan saya berdosa. Berkali-kali dia mengatakan saya bodoh dan jangan main-main dengan iman tapi saya selalu jawab saya yakin dengan keislaman saya. “

“Ayah saya menyeret saya ke belakang dan menggunduli rambut saya, saya hanya bisa menangis. Yang saya yakini Allah selalu ada untuk saya, perjuangan Nabi Muhammad pun sangat berat untuk memperjuangkan agama Islam, setiap kali rasa sakit di tubuh saya rasakan saya lawan itu semua dengan dzikir dan mohon ampun atas kekhilafan ayah saya” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement