Kamis 05 Jan 2017 17:20 WIB

Alam Kurniawan: Takjub dengan Kalimat Tauhid

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Agung Sasongko
Mualaf/Ilustrasi
Foto:
Allah/Ilustrasi

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lam Fuk Tjong mengangguk. Ia menerima ajakan temannya itu. Tak sampai 24 jam seusai mendengarkan tausyiah sang ustaz, Lam Fuk Tjong langsung menyatakan keinginannya masuk Islam. Dia bilang, "Kalau begitu, saya bersedia diislamkan." Tapi, Didit memintanya berpikir dengan matang dulu. Ia menyarankan agar membicarakannya kepada orang tua.

Di lingkungan keluarga kala itu, Lam Fuk Tjong hanya tinggal bersama ayahnya, seorang tokoh agama Buddha yang terkenal masa itu. Ibunya sudah meninggal, kakak-kakaknya sudah tidak serumah lagi.

Kepada sang ayah, ia mengutarakan keinginannya masuk agama Islam. Apa jawaban ayahnya? "Agama Islam itu, agama paling sempurna. Kamu harus mengikuti ajarannya, kamu akan selamat," ia mengulangi ucapan orang tuanya ketika itu.

Lam Fuk Tjong tersentak mendengar jawaban yang tak ia duga itu. Ia balik bertanya, mengapa ayahnya tidak mau masuk Islam kalau sudah menganggap agama Islam sempurna? Sang ayah menjawab, "Saya gengsi."

Lelaki tua itu merasa gengsi karena sudah menjadi pendeta Pantekosta. "Jadi, saya tetap konsisten dengan agama yang saya anut sekarang," ucap sang ayah, seperti dituturkan Lam Fuk Tjong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement