Kamis 29 Sep 2016 17:23 WIB

Kekhasan Budaya Islam Kalimantan

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Gedung Islamic Center yang terletak di Mansapa, Nunukan, Kalimantan Utara, Selasa (17/5).
Foto: Anta/M Rusman
Gedung Islamic Center yang terletak di Mansapa, Nunukan, Kalimantan Utara, Selasa (17/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Islam datang pada masyarakat, masyarakat sudah lebih dahulu memiliki petunjuk-petunjuk yang mereka pedomani dan sifatnya masih lokal. Ada atau tidak ada agama, masyarakat akan terus hidup dengan pedoman yang telah mereka miliki itu. Datangnya Islam identik dengan datangnya kebudayaan baru, yang akan berinteraksi dengan kebudayaan lama dan mengubah unsur-unsur kebudayaan lama.

Menurut Mundzirin Yusuf dkk, dalam Islam dan Budaya Lokal, hubungan agama dan kebudayaan dapat digambarkan sebagai hubungan yang berlang sung secara timbal balik. Agama secara praksis merupakan produk dari pemahaman dan pengalaman masyarakat, berdasarkan kebudayaan yang telah dimilikinya. Sedangkan kebudayaan, selalu berubah mengikuti agama yang diyakini oleh masyarakat.

Agama-agama besar, termasuk Islam, selalu mengalami proses domestikasi, yaitu pemahaman dan pelaksanaan agama, disesuaikan dengan konteks dan kemampuan masyarakat lokal.

Dalam konteks dinamika dan sejarah perkembangan Islam di nusantara, fakta menegaskan, Islam memiliki kemampuan 'menganeksisasi' budaya-budaya lokal tanpa mengubah penampakannya, lalu mengisinya dengan nilai-nilai keislaman hingga menjadi kebudayaan yang kaya dan beragam.

Bahkan, dalam titik tertentu, semakin menunjukkan universalitas Islam yang bisa berselaras dengan dinamika dan perubahan tempat dan zaman (Bizawe: 2015). Terdapat banyak bentuk akulturasi budaya, yang memadukan nilai-nilai Islam dan budaya lokal, dengan tanpa menegasikan 'pihak kedua', justru memperkuat budaya itu dengan aspek-aspek religi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement