REPUBLIKA.CO.ID. JAKARTA -- Pemerintah diimbau untuk tidak memberikan bantuan kepada pesantren sekadarnya.
Maksud dia, uang negara yang dialokasikan untuk membantu pesantren harus ditindaklanjuti dengan upaya pemberdayaan. Makanya, perlu cara-cara komprehensif agar dana yang tersalurkan ke pesantren tidak habis begitu saja.
“Dana yang diberikan dibarengi pembinaan dan manajemen pengelolaan keuangan kepada kiayi,” kata Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi, Sabtu (8/11).
Diiringi canda, ia menyebut, kiayi di pesantren ‘terbiasa’ menerima sedekah. Karenanya, dana yang mengalir ke pesantren pastilah banyak. Maka, pemberian manajemen keuangan menjadi penting agar dana yang dicairkan efektif.
Pelatihan manajemen skill penting untuk menumbuhkan jiwa kemandirian pada santri. Namun, ia tidak sepakat jika pemberian materi manajemen keuangan dan bisnis di pesantren dimasukkan dalam kurikulum. “Takutnya nanti santri malah sibuk ngurus bebek bukannya belajar,” selorohnya.
Ia pun berharap, Menteri Agama lebih banyak dan intens menurunkan anak buahnya di tingkat Direktorat Jenderal untuk mendata pesantren secara rill beserta kondisi yang mereka alami.
Dengan begitu, ide Kementerian Agama soal pemberdayaan ekonomi pesantren dan hal baik lainnya otomatis akan terdukung dan diimplementasikan secara nyata.
Begitu pun para pemimpin dan pengelola perbankan syariah. Ketika ingin menetapkan target capaian nasabah Muslim, misalnya, layanan yang diberikan harus mudah dan terjangkau bagi kalangan santri dan kiayi.