REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Lembaga penyiaran Israel hari pada Ahad (7/12/2025), mengutip sumber-sumber Palestina, menyebutkan puluhan militan yang tergabung dalam milisi suku penentang Gerakan Perlawanan Islam Hamas mulai menyerahkan diri secara sukarela kepada aparat keamanan Hamas di Jalur Gaza selama 48 jam terakhir.
Sumber-sumber tersebut melaporkan bahwa proses penyerahan diri ini meningkat pesat sejak hari Jumat, terutama di daerah Rafah dan Khan Yunis, tempat beraktivitasnya milisi bersenjata terkemuka yang secara terbuka menerima dukungan dari penjajah Israel.
Dikutip dari Aljazeera, Senin (8/12/2025), langkah ini diambil setelah Hamas mengumumkan batas waktu 10 hari bagi setiap anggota milisi untuk menyerahkan diri dan senjatanya.
Kementerian Dalam Negeri di Jalur Gaza mengatakan kepada Aljazeera pada Jumat lalu, mereka akan memproses berkas-berkas anggota geng yang menyerahkan diri dan meringankan hukuman mereka. “Perlindungan yang diberikan oleh penjajah kepada para pengkhianat tidak akan bertahan lama,” kata Kementerian tersebut.
Kementerian itu menegaskan pendudukan Israel tidak berhasil merusak persatuan rakyat Palestina dan kekompakan nasional mereka. Geng-geng teroris yang dibentuk oleh pendudukan guna mengacaukan situasi internal tetap terisolasi tanpa dukungan rakyat atau masyarakat, hingga akhirnya mereka akan mengalami nasib yang sama.
Salah satu pemimpin persatuan suku di Gaza mengatakan, dalam pernyataan yang disiarkan oleh lembaga penyiaran pada Ahad lalu suku-suku sangat khawatir dengan milisi yang didanai Israel.
Mereka menyebut ilisi ini akan lenyap tidak peduli seberapa keras Israel mencoba mendukungnya. Tujuan kelompok-kelompok ini adalah untuk mengungkap terowongan dan mengejar pejuang perlawanan, yaitu melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh pendudukan selama dua tahun penuh.
Radio militer Israel mengumumkan Rabu lalu bahwa pemimpin milisi bersenjata Yasser Abu Shabab tewas ditembak orang tak dikenal di timur Rafah, Jalur Gaza.
Keadaan seputar pembunuhannya masih belum jelas, karena ada perbedaan antara berita yang bocor ke media Israel tentang cara dan lokasi pembunuhannya.
Yasser Abu Shabab adalah seorang Palestina yang lahir pada tahun 1990 di Rafah, selatan Jalur Gaza. Dia berasal dari suku Tarabin dan ditahan sebelum 7 Oktober 2023 atas tuduhan pidana. Dia dibebaskan setelah Israel membom markas badan keamanan.
Namanya mencuat setelah Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, menyerang pasukan "al-Musta'aribin" di timur Rafah pada 30 Mei 2025.
Ternyata pasukan itu membawa sekelompok agen yang direkrut untuk kepentingan penjajah dan langsung berada di bawah komando apa yang oleh gerakan perlawanan disebut sebagai "geng Yasser Abu Shabab".




