REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejumlah tuduhan yang kembali menyeret Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai simpatisan Zionis dalam beberapa pekan terakhir terbantahkan oleh rangkaian data dan testimoni resmi.
Sebuah dokumen analisis komprehensif mengungkap bukti-bukti yang menegaskan posisi tegas Gus Yahya dalam membela Palestina, sekaligus memupus narasi yang menuding dirinya pro-Israel.
Isu tersebut sebelumnya mencuat akibat kehadiran akademisi Peter Berkowitz dalam sebuah kegiatan PBNU dan kembali diungkitnya pertemuan antara Gus Yahya dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 2018.
Namun, dokumen yang beredar justru menunjukkan kronologi berbeda: pertemuan itu bukan direncanakan PBNU, dan berlangsung dalam situasi diplomatik yang penuh tekanan.
Menurut kesaksian delegasi yang hadir, rombongan PBNU pada 2018 tiba-tiba diarahkan ke kantor Netanyahu dan ditawari menjadi mediator normalisasi hubungan Indonesia–Israel.
Di hadapan Netanyahu, Gus Yahya secara terbuka menolak tawaran tersebut dan menyatakan bahwa kehadirannya di wilayah itu hanyalah untuk memperjuangkan Palestina.
"Saya terang-terangan dan tegas menyatakan bahwa saya datang ke sini demi Palestina. Dan saya nggak akan pernah berhenti dengan posisi itu apapun yang terjadi,” tegas Gus Yahya, sebagaimana dikutip dalam dokumen tersebut, Rabu (3/12/2024).
Penolakan keras itu bahkan memicu kegaduhan internal di parlemen Israel dan dijadikan sorotan oleh media setempat.




