REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK— Dua pejabat tinggi Amerika Serikat mengungkapkan kekhawatiran mereka bahwa serangan Israel yang berulang kali di Suriah mengancam stabilitas negara itu dan merusak harapan tercapainya kesepakatan keamanan antara Tel Aviv dan Damaskus, menurut laporan situs Axios pada Senin (2/12/2025) kemarin.
Salah satu pejabat tersebut, merujuk pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan julukannya, mengatakan, "Kami mencoba meyakinkan Bibi untuk menghentikan ini, karena jika dia terus melakukannya, dia akan menghancurkan dirinya sendiri."
Dia mengatakan, jika Netanyahu melanjutkan kebijakan saat ini terhadap Suriah, itu berarti dia akan kehilangan peluang diplomatik sangat besar dan mengubah pemerintah Suriah yang baru menjadi musuh.
Salah satu pejabat tersebut menekankan bahwa Suriah tidak seperti Lebanon. "Suriah tidak ingin ada masalah dengan Israel. Ini bukan Lebanon. Namun, Netanyahu melihat hantu di mana-mana."
Kedua pejabat AS itu mengatakan kepada Axios bahwa tindakan Netanyahu telah merusak sebagian upaya untuk mencapai kesepakatan keamanan antara Suriah dan Israel.
Kesepakatan yang diharapkan Washington menjadi langkah pertama menuju bergabungnya Damaskus ke dalam Perjanjian Abraham di kemudian hari, menurut situs tersebut.
Kemarahan AS meningkat setelah operasi darat Israel di Beit Jinn, pinggiran Damaskus, Jumat lalu. Serangan menewaskan sekitar 13 warga sipil Suriah dalam serangan udara setelah pengepungan oleh tentara Israel dan melukai enam di antaranya.
Israel mengatakan bahwa operasi itu dilakukan untuk menangkap anggota organisasi Islam yang aktif di Lebanon.




