REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK — Menteri Agama Prof KH Nasaruddin Umar, menyerukan lahirnya kembali “Baitul Hikmah” sebagai pusat integrasi ilmu pengetahuan Islam modern. Seruan tersebut disampaikan saat sambutan dalam acara Annual International Conference on Islamic Studies Plus (AICIS+) di Kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, Kamis (30/10/2025).
Menurut menag, sejarah mencatat sebelum serangan Baghdad oleh Hulagu Khan pada 1258 M, dunia Islam pernah mengalami masa keemasan ketika ilmu agama dan ilmu umum berpadu dalam satu kesatuan.
“Jika kita membaca sejarah sebelum tahun 1258, sebelum serangan Baghdad oleh Hulagu Khan, terdapat integrasi ilmu pengetahuan yang sangat baik di sana. Tidak ada perbedaan antara ilmu umum dan pengetahuan agama pada masa itu,” ujar dia.
Ia mencontohkan, sejumlah ilmuwan Muslim besar seperti Jabir bin Hayyan, Ibnu Rusyd, dan Al-Khawarizmi yang menguasai banyak bidang ilmu sekaligus, dari kimia, filsafat, kedokteran, hingga tasawuf. “Namun setelah serangan Baghdad, terdapat perbedaan antara ilmu umum, pengetahuan publik, dan pengetahuan agama,”kata Nasaruddin.
Untuk menjawab tantangan zaman, Nasaruddin pun mengusulkan lahirnya Baitul Hikmah baru, sebuah pusat peradaban ilmu pengetahuan Islam modern, yang tidak lagi berpusat di Timur Tengah, melainkan di kawasan Asia Tenggara.“Jadi, kita membutuhkan Baitul Hikmah baru di masa depan. Dan sangat sulit membayangkan Baitul Hikmah baru di negara Timur Tengah," kata dia.




