REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA— Upaya peningkatan kesejahteraan dan kualitas guru madrasah menjadi perhatian Komisi VIII DPR RI dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.
Salah satu upaya peningkatan kualitas guru, dua lembaga tersebut menggelar Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi), yang membahas enam isu strategis.
“Acara ini membahas isu-isu keseharian yang dihadapi para guru madrasah seperti perlindungan guru, perundungan siber, pendidikan inklusif. Tema-tema ini jarang diperoleh para guru, sehingga mereka mampu mengelola permasalahan yang dihadapi di sekolahnya masing-masing,” kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Singgih Januratmoko.
Singgih mengatakan peningkatan kualitas para guru madrasah tersebut selalu menjadi perhatian DPR, termasuk peningkatan kesejahteraan guru. Pihaknya berharap, anggaran ke depan khususnya untuk Kementerian Agama, mampu mendukung kesejahteraan para guru madrasah.
Acara yang berlangsung sejak 17 hingga 22 November 2025 tersebut dihadiri ratusan pendidik, santri, mahasiswa, siswa madrasah dan pengurus lembaga pendidikan Islam dari kota Yogyakarta, Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul.
“Program berskala nasional yang digagas oleh Komisi VIII DPR RI berkolaborasi dengan Kementerian Agama RI dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,” papar Dekan FITK UIN Sunan Kalijaga, Prof Sigit Purnama.
Terdapat enam topik dalam seminar nasional tersebut, meliputi Raudhatul Athfal (RA) yang inklusif, strategi kontra-narasi delegitimasi pesantren di media sosial, eco-theology di madrasah, perlindungan guru di era digital, pengelolaan data dan sistem informasi madrasah, hingga digital preneurship bagi mahasiswa.
“Setiap sesi menghadirkan pakar pendidikan, tokoh masyarakat, dan anggota DPR RI yang memberikan pemaparan sekaligus berdialog langsung dengan peserta,” ujar Sigit yang juga Guru Besar Teknologi Pendidikan UIN Sunan Kalijaga.
Dia menegaskan Ngopi, bukan sekadar forum diskusi, melainkan langkah nyata memperkuat kolaborasi akademik dan kebijakan publik.
“Ngopi jadi momentum penting bagi kita semua, untuk membaca ulang tantangan pendidikan Islam di era digital. Enam tema besar yang diangkat hari ini menunjukkan betapa luasnya spektrum persoalan pendidikan, mulai dari inklusivitas, ekologi pendidikan, keamanan digital, narasi publik, hingga kesiapan generasi muda dengan digital preneurship,” ujarnya.
Sigit menambahkan FITK UIN Sunan Kalijaga berkomitmen untuk terus menjadi pusat keilmuan yang aktif mendukung agenda peningkatan mutu pendidikan nasional.
“Kami siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam melahirkan rekomendasi, inovasi, dan praktik baik yang berakar pada riset. Harapan kami, hasil dari Ngopi ini tidak berhenti sebagai wacana, melainkan menjadi energi baru bagi transformasi peningkatan mutu pendidikan Islam,” tegasnya.
Para guru madrasah dalam seminar nasional tersebut, memperolah wacana-wacana baru yang memperluas pengetahuan mereka.
Salah satu indikatornya, para peserta mengajukan berbagai pertanyaan dan usulan terkait isu inklusi pendidikan anak usia dini, maraknya disinformasi terkait pesantren, tantangan guru di tengah perkembangan teknologi, hingga tuntutan keahlian digital bagi generasi muda Islam.
Kolaborasi antara DPR RI, Kementerian Agama, dan FITK UIN Sunan Kalijaga dinilai menjadi contoh sinergi penting dalam memperkuat ekosistem peningkatan mutu pendidikan Islam di Indonesia.
Dengan cakupan tema yang luas dan peserta lintas sektor, Ngopi 2025 memberikan harapan baru bahwa pendidikan Islam Indonesia dapat tumbuh lebih adaptif, berdaya saing, sekaligus tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan keislaman.




