Senin 27 Oct 2025 22:03 WIB

Antisipasi Insiden Bangunan Roboh, Santri akan Dibekali Ilmu Dasar Teknik Sipil

Satgas Penataan Pembangunan Pesantren akan dioperasikan.

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jatim memasang garis polisi untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) bangunan mushalla yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (9/10/2025). Polda Jawa Timur akan menyelidiki penyebab ambruknya mushalla pada saat santri menunaikan shalat Asar, Senin (29/9) di Pondok Pesantren Al Khoziny.
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jatim memasang garis polisi untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) bangunan mushalla yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (9/10/2025). Polda Jawa Timur akan menyelidiki penyebab ambruknya mushalla pada saat santri menunaikan shalat Asar, Senin (29/9) di Pondok Pesantren Al Khoziny.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Pemerintah berencana membekali para santri kemampuan dasar di bidang teknik sipil.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya penataan dan peningkatan keamanan infrastruktur pesantren di seluruh Indonesia, menyusul tragedi runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama, Prof Amin Suyitno, menjelaskan program ini akan dijalankan bersama Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Satgas Penataan Pembangunan Pesantren.

“Kita akan melakukan training terhadap para santri yang punya kemampuan dan kemauan dididik untuk menguasai ilmu-ilmu terkait ke-PU-an, atau istilahnya teknik sipil,” ujar Suyitno saat ditemui usai konferensi pers terkait AICIS+ di Kampus UIII, Depok, Senin (27/10/2025).

Dia menjelaskan, pelatihan tersebut bertujuan agar para santri yang kerap bergotong-royong dalam pembangunan sarana pesantren memiliki pengetahuan dasar teknik bangunan.

Dengan begitu, mereka dapat berperan aktif sekaligus memastikan keamanan dan kelayakan konstruksi yang mereka kerjakan.

“Jadi tidak lagi mereka dengan keawamannya, tapi mereka akan di-training dulu supaya kemudian punya skill khusus terkait dengan ilmu yang terkait dengan teknik sipil atau dengan ke-PU-an. Ini sudah kita sepakat dengan PU,” ucapnya.

Selain program pelatihan, pemerintah juga menyiapkan *program revitalisasi 80 pondok pesantren di 10 provinsi. Masing-masing provinsi akan menjadi sampel dengan delapan pesantren yang menjadi prioritas.

Fokus pertama Satgas ini adalah pesantren yang sudah berusia tua, kemudian yang berada di daerah rawan bencana, dan yang memiliki santri lebih dari seribu orang.

"Tidak berarti semua nanti tidak dapat afirmasi, tapi ini bertahap ya.

Bertahap itu artinya dalam waktu tertentu akan semua dijangkau," katanya.

Salah satu langkah awal Satgas Penataan Pembangunan Pesantren adalah revitalisasi Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, yang menjadi perhatian publik setelah mushalanya ambruk.

“Sekarang prosesnya juga telah berangsung lewat PU. Mudah-mudahan dalam waktu dekat juga akan kita lakukan bersama-sama dengan yang lain,” jelasnya.

photo
Dirjen Cipta Karya KemenPU Dewi Chomistriana (kedua kiri) dan jajaran didampingi pengasuh Ponpes Tremas melakukan audit kelaikan bangunan Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur, Jumat (10/10/2025). KemenPU bersama Kemenko Pemberdayaan Manusia menargetkan audit konstruksi bangunan tua 80 ponpes besar dengan jumlah santri di atas 1000 orang di seluruh Indonesia tuntas hingga akhir 2025 untuk mencegah insiden rubuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo terulang. - (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement