Selasa 21 Oct 2025 09:46 WIB

Taktik Jitu Al-Qassam: Kartu SIM Israel Semula Digunakan untuk Spionase, Dijadikan Alat Propaganda

Al-Qassam dikenal dengan inovasi taktik yang jitu.

Anggota Brigade Izzedine al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengambil bagian dalam parade gencatan senjata di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Ahad, 19 Januari 2025.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Anggota Brigade Izzedine al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengambil bagian dalam parade gencatan senjata di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Ahad, 19 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Channel 15 Israel mengungkapkan Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas, menelepon keluarga para tawanan pada hari pembebasan mereka dari kartu SIM Israel.

Menurut saluran tersebut berdasarkan pengakuan dari sumber keamanan, kartu-kartu SIM ini sebelumnya ditempatkan di tempat-tempat tertentu di Jalur Gaza oleh tentara Israel.

Baca Juga

SIM tersebut digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang para tawanan Israel, tetapi justru sejumlah kartu SIM yang berhasil diambil al-Qassam ini diaktifkan beberapa jam sebelum serah terima para tawanan, dan keluarga-keluarga para tawanan menerima telepon dari mereka.

Sebelum pembebasan para tawanan serdadu Israel pada Senin lalu, unit bayangan gerakan ini mengizinkan mereka untuk berbicara dengan keluarga mereka melalui telepon.

Seorang anggota unit tersebut berbicara dalam bahasa Ibrani kepada keluarga salah satu tawanan dan meminta mereka mempublikasikan video tersebut dan mengirimkannya ke media.

Semua media Israel mempublikasikan adegan-adegan ketika para tawanan berbicara dengan keluarga mereka dari penjara perlawanan.

Unit Bayangan diselimuti kerahasiaan, karena sensitivitas misi yang menjadi tujuan pembentukannya, yaitu "mengamankan tahanan Israel" di Jalur Gaza dan menjaga mereka tetap berada di "lingkaran yang tidak diketahui", untuk memastikan pertukaran tahanan yang sukses dengan negara pendudukan.

Keberadaannya pertama kali terungkap 10 tahun setelah pendiriannya pada 2016, setelah mengemban tugas untuk mengamankan tentara Israel Gilad Shalit, yang berakhir dengan kesepakatan pertukaran tawanan yang sukses. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement